Harga Minyak Dunia Merosot

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Minyak Dunia Merosot

Husen Miftahudin • 21 May 2025 08:47

Houston: Harga minyak dunia merosot pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB) karena para pedagang menilai implikasi dari pendekatan diplomatik di berbagai bidang, termasuk perundingan damai Rusia-Ukraina dan perundingan nuklir AS-Iran. Sementara, prospek ekonomi Tiongkok yang hati-hati juga meredam sentimen.
 
Mengutip Yahoo Finance, Rabu, 21 Mei 2025, harga minyak mentah Brent turun 0,7 persen menjadi USD65,11 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,7 persen menjadi USD62,25 per barel.
 
Kemungkinan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan ekspektasi prospek pasokan yang lebih stabil, sementara negosiasi yang sedang berlangsung antara Washington dan Teheran mengenai program nuklir Iran menambah kompleksitas lebih lanjut pada kalkulus permintaan-penawaran.
 
Pembahasan mengenai kesepakatan nuklir tampaknya menemui jalan buntu. Wakil Menteri Luar Negeri Iran Majid Takhtravanchi mengatakan pembicaraan akan tidak menghasilkan apa-apa jika AS terus menuntut Teheran menghentikan sepenuhnya pengayaan uranium.
 
Komentar tersebut menyusul pernyataan Utusan Khusus AS Steve Witkoff, yang menegaskan Washington akan mengharuskan perjanjian baru untuk melarang pengayaan. Hal ini dipandang sebagai langkah penting dalam pengembangan senjata nuklir.
 
Kesepakatan itu akan membuka jalan bagi pelonggaran sanksi AS dan memungkinkan Iran untuk meningkatkan ekspor minyak mentahnya sebesar 300 ribu barel hingga 400 ribu barel per hari, kata analis StoneX Alex Hodes.
 

Baca juga: Sempat Pulih, Harga Minyak Dunia Tergelincir Lagi Jadi USD65/Barel


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

Produksi industri di Tiongkok melempem

 
Tekanan bearish bertambah karena data terbaru dari Tiongkok, importir minyak terbesar di dunia, menunjukkan perlambatan dalam produksi industri dan penjualan eceran. Angka yang lebih lemah dari perkiraan tersebut memperkuat kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar jangka pendek negara tersebut.
 
Analis BMI memperkirakan penurunan tahun-ke-tahun (yoy) sebesar 0,3 persen dalam konsumsi minyak Tiongkok pada 2025, dengan alasan perlambatan yang meluas di seluruh kategori produk minyak.
 
Bahkan jika Tiongkok mengadopsi langkah-langkah stimulus, mungkin butuh waktu untuk memberikan dampak positif pada permintaan minyak.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)