Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Foto: dok Biro KLI Kemenkeu.
Riza Aslam Khaeron • 20 August 2025 17:56
Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menyoroti keberadaan shadow economy (ekonomi bayangan) yang dinilai menggerus potensi penerimaan negara.
Dalam dokumen Nota Keuangan dan RAPBN 2026, Sri Mulyani secara tegas menyebut sektor-sektor dengan aktivitas ekonomi tersembunyi seperti perdagangan eceran, makanan dan minuman, perdagangan emas, serta perikanan sebagai target pengawasan pajak ke depan.
"Ke depan, pemerintah akan fokus mengawasi sektor-sektor dengan aktivitas shadow economy yang tinggi seperti perdagangan eceran, makanan dan minuman, perdagangan emas, serta perikanan," tulis Sri Mulyani dalam dokumen RAPBN 2026, dikutip Selasa, 19 Agustus 2025.
Lantas apa itu ekonomi banyangan dan kenapa pemerintah menargetkan pajak usaha-usaha tersebut? Berikut penjelasan tentang apa itu shadow economy serta dampaknya terhadap perekonomian nasional.
Baca Juga: Sri Mulyani Bidik Pajak dari Pedagang Eceran, Pedagang Emas, hingga Perikanan |
Melemahkan layanan publik.
Transaksi yang berlangsung di luar sektor resmi menyebabkan penerimaan negara menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Hal ini menghambat kemampuan pemerintah dalam menyediakan barang dan jasa publik.
Untuk menutup kekurangan tersebut, pemerintah kerap menaikkan tarif pajak, yang justru dapat mendorong lebih banyak pelaku usaha dan pekerja masuk ke ekonomi bayangan. Siklus ini memperburuk kualitas layanan publik dan memperbesar ketimpangan fiskal.
Menurunkan kualitas data ekonomi resmi.
Perkembangan ekonomi bayangan dapat menyebabkan indikator ekonomi resmi menjadi bias:
Indikator moneter: Transaksi ekonomi bayangan cenderung berbasis tunai, sehingga meningkatkan permintaan uang kartal secara tidak proporsional.
Partisipasi tenaga kerja: Banyaknya pekerja yang berpindah ke sektor tersembunyi menurunkan angka partisipasi tenaga kerja dan jam kerja di sektor resmi.
Statistik output: Ketika input produksi—terutama tenaga kerja—berpindah ke ekonomi bayangan, maka pertumbuhan yang tercatat secara resmi cenderung menurun.
Menghambat pertumbuhan ekonomi.
Sejumlah studi menyebut bahwa keberadaan shadow economy dapat mengurangi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Ketika ekonomi bayangan menyusut, penerimaan negara meningkat, sehingga belanja pemerintah untuk infrastruktur dan layanan publik dapat diperluas.
Ini mendorong peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sebaliknya, dominasi sektor informal yang tidak efisien akan menghambat daya saing dan efisiensi ekonomi nasional secara keseluruhan.