Perbankan Salurkan Kredit Nyaris Rp8.000 Triliun di April 2025

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae. Foto: dok Istimewa.

Perbankan Salurkan Kredit Nyaris Rp8.000 Triliun di April 2025

Insi Nantika Jelita • 3 June 2025 07:52

Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kredit pada April 2025 tumbuh sebesar 8,88 persen secara tahun ke tahun atau year on year (yoy). Total kredit yang disalurkan perbankan sepanjang April 2025 menjadi Rp7.960,94 triliun.
 
"Dari sisi jenis penggunaannya, kredit investasi menunjukkan pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 15,86 persen (yoy)," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Mei 2025 secara daring, dikutip Selasa, 2 Juni 2025.
 
Kemudian, lanjutnya, diikuti oleh kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 8,97 persen (yoy) serta kredit modal kerja yang meningkat sebesar 4,62 persen (yoy). Sementara itu, dari sisi kepemilikan, bank-bank milik negara (BUMN) menjadi motor utama pertumbuhan kredit, dengan kontribusi pertumbuhan sebesar 8,82 persen (yoy).
 
Jika ditinjau berdasarkan jenis debitur, kredit kepada korporasi mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 12,77 persen. Kredit untuk sektor UMKM juga menunjukkan kinerja positif, dengan pertumbuhan 2,60 persen.
 
Menariknya, kredit usaha kecil menjadi segmen UMKM yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yakni 9,48 persen. "Hal ini sejalan dengan fokus perbankan dalam memperbaiki dan memulihkan kualitas kredit di sektor UMKM," terang Dian.
 

Baca juga: Perbankan Bidik Ekosistem Industri Fesyen Indonesia


(Ilustrasi penyaluran kredit perbankan. Foto: dok MI)
 

Perbankan himpun dana masyarakat Rp9.047 triliun

 
Dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan sebesar 4,55 persen (yoy), menjadi Rp9.047 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan pada ketiga komponennya, yaitu giro sebesar 6,02 persen, tabungan 6,05 persen, dan deposito 2,07 persen.
 
Likuiditas perbankan juga tetap berada pada level yang aman dan memadai. Rasio alat likuid terhadap dana non-inti (AL/NCD) tercatat sebesar 111,32 persen, dan rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) sebesar 25,23 persen, masing-masing jauh di atas ambang batas minimum yang ditetapkan sebesar 50 persen dan 10 persen. Selain itu, rasio kecukupan likuiditas (Liquidity Coverage Ratio/LCR) berada di level 200,35 persen, mencerminkan kondisi likuiditas yang sangat kuat.
 
Dari sisi kualitas aset, perbankan berhasil menjaga rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) pada level terkendali, yaitu 2,24 persen secara gross dan 0,83 persen secara net. "Sementara itu, rasio kredit berisiko (Loan at Risk/LAR) tercatat sebesar 9,92 persen," tambah Dian.
 
Ketahanan perbankan juga ditopang oleh permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang mencapai 25,43 persen. Sementara itu, kontribusi kredit buy now pay later (BNPL) terhadap total kredit perbankan masih relatif kecil, yakni hanya 0,27 persen.
 
Per April 2025, kredit BNPL tumbuh sebesar 26,59 persen (yoy), dengan nilai mencapai Rp21,435 triliun dan jumlah rekening pengguna mencapai 24,436 juta.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)