Klaim Akhiri 8 Perang, Perdamaian Trump Goyah di Thailand dan Kongo

Presiden AS Donald Trump. Foto: dok EPA-EFE.

Klaim Akhiri 8 Perang, Perdamaian Trump Goyah di Thailand dan Kongo

Riza Aslam Khaeron • 10 December 2025 16:55

Jakarta: Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menegaskan citranya sebagai pemimpin paling pekerja keras dan tokoh kunci dalam meredakan konflik dunia.

Dalam unggahan di Truth Social pada Rabu, 10 Desember 2025, Trump menulis bahwa tidak ada presiden yang bekerja sekeras dirinya.

Ia juga mengklaim telah menjalani pemeriksaan medis menyeluruh dan tes kognitif beberapa kali, dengan hasil yang menurutnya "sempurna".

"Tidak pernah ada presiden yang bekerja sekeras saya! Jam kerja saya paling panjang, dan hasil kerja saya termasuk yang terbaik. Saya telah menghentikan delapan perang, menyelamatkan jutaan nyawa dalam prosesnya," tulis Trump di Truth Social.

Klaim tersebut sudah beberapa kali dilontarkan sebelumnya, Trump mengklaim telah menyelesaikan delapan perang sejak kembali menjabat.

Melansir The Washington Post, klaim ini kerap digunakan Trump untuk menegaskan dirinya sebagai makelar perdamaian global, bahkan untuk memperkuat citra sebagai kandidat layak Nobel Perdamaian. 

Namun, dua perjanjian damai presiden tersebut kini terancam di dua wilayah.
 

Konflik Thailand-Kamboja Memanas

Di perbatasan Thailand-Kamboja, kekerasan kembali meletus pada 8 Desember 2025, meskipun kedua negara sebelumnya berkomitmen pada perjanjian yang diperluas melalui mediasi yang dikaitkan dengan Trump pada bulan Oktober lalu. 

Melansir Al Jazeera, pertempuran di perbatasan kedua negara memasuki hari ketiga pada Rabu, 10 Desember 2025, ditandai serangan lintas batas dan serangan udara yang memaksa lebih dari setengah juta warga mengungsi.

Kedua negara saling menuduh pihak lawan sebagai pemicu konflik yang telah menewaskan sedikitnya 13 tentara dan warga sipil dalam sepekan terakhir.

Thailand menyebut evakuasi telah meluas di berbagai provinsi. Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri, menyatakan, "Lebih dari 400.000 orang telah dipindahkan ke tempat perlindungan yang aman." 

Dari sisi Kamboja, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional, Maly Socheata, mengatakan, "Sebanyak 101.229 orang telah dievakuasi ke tempat aman dan rumah kerabat di lima provinsi."
 
Baca Juga:
Konflik Memanas, Kamboja Tarik Semua Atlet dari SEA Games di Thailand
 

Konflik di Kongo Tak Kunjung Surut

Tekanan terhadap narasi perdamaian Trump juga muncul di Republik Demokratik Kongo (RDK).

Melansir Chimp Reports mengenai situasi di Kivu Selatan, krisis keamanan di wilayah timur Kongo mengalami titik balik dramatis ketika koalisi AFC/M23 yang diduga didukung Rwanda memasuki dan menguasai kota Uvira pada tengah malam, 10 Desember 2025.

"Pemberontak akhirnya tiba di sini," kata seorang warga kepada media setempat, melansir Chimp Reports.

Jatuhnya Uvira dinilai signifikan karena kota tersebut merupakan pusat urban, komersial, dan administratif penting di tepi Danau Tanganyika serta membuka koridor strategis menuju Burundi dan Tanzania. Mengutip Chimp Reports, pasukan pemerintah mundur dari posisi kunci, sementara warga dilaporkan mengungsi ke wilayah selatan dan perbatasan Burundi.

Berdasarkan data PBB, setidaknya 200 ribu orang telah mengungsi serangan M23 ke Kongo. 

74 orang di Kongo dilaporkan tewas, kebanyakan merupakan warga sipil dan 83 lainnya luka-luka dalam beberapa hari ini berdasarkan PBB.

Konflik antara Kongo dan Rwanda tidak kunjung menyurut meskipun sebelumnya kedua negara tersebut menandatangani Kesepakatan Damai Washington di hadapan Trump. 

The Washington Post menyoroti bahwa sejumlah pihak menilai perjanjian antara Kongo dan Rwanda belum mencakup seluruh aktor penting dalam konflik, termasuk kelompok M23, sehingga potensi kekerasan tetap terbuka.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Arga Sumantri)