Ilustrasi atlet olahraga. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 10 December 2025 16:37
Phnom Penh: Kamboja menarik seluruh kontingen olahraganya dari SEA Games ke-33 di Thailand di tengah memanasnya kembali sengketa perbatasan antara kedua negara. Komite Olimpiade Nasional Kamboja (NOCC) menyampaikan keputusan tersebut kepada panitia pada Rabu pagi, dengan alasan utama terkait keselamatan para atlet.
“Karena kekhawatiran serius dan permintaan dari keluarga para atlet kami agar kerabat mereka segera dipulangkan, NOCC harus menarik seluruh delegasi kami dan mengatur kepulangan mereka secepat mungkin demi alasan keamanan,” tulis Ketua NOCC Vath Chamroeun dalam surat kepada Federasi SEA Games yang dikutip Channel News Asia, Rabu, 10 Desember 2025.
Ia menegaskan keputusan tersebut tidak diambil dengan mudah. “Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan dari kepulangan lebih awal ini dan berterima kasih atas pengertian serta dukungan Anda,” lanjutnya, seraya menambahkan bahwa delegasi Kamboja akan terus berkoordinasi terkait proses kepulangan dan kewajiban administratif lainnya.
Langkah ini menjadi pertama kalinya sebuah negara menarik diri sepenuhnya dari ajang SEA Games. Pada 1959, Kamboja pernah mundur dari Southeast Asian Peninsular Games perdana yang juga diselenggarakan Thailand karena ketegangan politik.
SEA Games resmi dibuka di Bangkok pada Selasa dan dijadwalkan berlangsung hingga 20 Desember. Namun bentrokan terbaru antara Thailand dan Kamboja pekan ini kembali membayangi penyelenggaraan acara olahraga kawasan tersebut.
Kamboja sebelumnya telah mundur dari delapan cabang olahraga, dan hanya sedikit delegasi yang mengikuti parade atlet pada Selasa malam. Menurut data resmi kompetisi, negara itu belum meraih medali sebelum memutuskan menarik diri.
Sementara itu, Dewan Olimpiade Nasional Singapura (SNOC) menegaskan pihaknya tetap mendukung keberlangsungan SEA Games. “Kami tetap berkomitmen terhadap SEA Games sebagai wadah penting bagi olahraga, kerja sama, dan persahabatan regional, dan yakin ajang ini akan terus berlangsung dalam semangat tersebut,” kata seorang juru bicara menanggapi pertanyaan CNA.
Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali pecah pekan ini, menjadi bentrokan paling mematikan sejak lima hari pertempuran pada Juli yang menewaskan puluhan orang sebelum gencatan senjata rapuh dicapai berkat campur tangan Presiden AS Donald Trump.
Thailand melancarkan serangan udara pada Senin, sementara kedua belah pihak saling menuduh bertanggung jawab atas pecahnya kembali kekerasan tersebut.
Jumlah korban tewas meningkat menjadi 10 orang pada Selasa mencakup empat tentara Thailand dan enam warga sipil Kamboja. Lebih dari 500.000 orang di kedua negara telah mengungsi sejak konflik kembali membara, melampaui jumlah evakuasi pada bentrokan sebelumnya tahun ini, menurut pernyataan resmi kedua pemerintah pada Rabu.
Thailand dan Kamboja telah lama memperdebatkan klaim kedaulatan atas sejumlah area di sepanjang perbatasan darat mereka. Sengketa tersebut berakar pada peta batas era kolonial Prancis lebih dari satu abad lalu, dengan kedua pihak sama-sama mengklaim beberapa kompleks candi perbatasan. (Keysa Qanita)
Baca juga: Singapura Desak Thailand dan Kamboja Tahan Diri di Tengah Bentrokan