Singapura Desak Thailand dan Kamboja Tahan Diri di Tengah Bentrokan

Perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas di pekan awak Desember 2025. (Anadolu Agency)

Singapura Desak Thailand dan Kamboja Tahan Diri di Tengah Bentrokan

Muhammad Reyhansyah • 10 December 2025 15:10

Singapura: Singapura meminta Thailand dan Kamboja menahan diri serta menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog, menyusul kembali meningkatnya bentrokan di wilayah perbatasan kedua negara. 

“Singapura sangat prihatin atas dimulainya kembali bentrokan di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja dan laporan jatuhnya korban di kedua sisi,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura (MFA) dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 10 Desember 2025.

“Kami mendesak kedua negara untuk menahan diri dan menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan negosiasi, sesuai semangat dan prinsip Deklarasi Bersama,” tambahnya. MFA menyebut langkah tersebut penting bagi hubungan jangka panjang kedua negara dan ASEAN.

Thailand melancarkan serangan udara ke wilayah Kamboja pada Senin, sementara kedua pihak saling menuduh bertanggung jawab atas pertempuran baru di area sengketa yang menewaskan enam warga sipil Kamboja dan seorang prajurit Thailand. Pada Selasa, jumlah korban jiwa meningkat menjadi 10, dan lebih dari 140.000 warga di kedua negara terpaksa mengungsi.

MFA menasihati warga Singapura untuk menunda seluruh perjalanan ke wilayah konflik di perbatasan Thailand–Kamboja. “Warga Singapura di Kamboja dan Thailand diminta untuk memantau informasi dari sumber resmi, mengikuti arahan pemerintah setempat, dan tetap waspada terhadap keselamatan pribadi,” ujar MFA. 

Mereka yang berada atau bepergian ke salah satu negara dianjurkan untuk melakukan e-registrasi melalui situs MFA.

Warga Singapura yang membutuhkan bantuan konsuler dapat menghubungi Kedutaan Besar Singapura di Phnom Penh atau Bangkok, atau kantor jaga MFA yang beroperasi 24 jam.

Sengketa perbatasan Thailand dan Kamboja telah berlangsung lama dan kembali memanas setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden tembak–menembak singkat pada Juli, yang memicu lima hari pertempuran. Kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat menghentikan kekerasan.

Pada Oktober, Trump mendukung deklarasi bersama lanjutan sambil mempromosikan kesepakatan dagang baru dengan kedua negara setelah mereka sepakat memperpanjang gencatan senjata. Namun, Thailand menangguhkan perjanjian tersebut bulan berikutnya ketika kedua pihak kembali saling menuduh memicu bentrokan baru.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Uni Eropa, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, serta Trump pada Senin turut menyerukan agar kedua negara menahan diri dan menghentikan permusuhan.

Baca juga:  Konflik Berlarut-larut dengan Thailand, Mantan PM Kamboja Hilang Kesabaran

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)