Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen. Foto: EFE
Phnom Penh: Presiden Senat Kamboja dan mantan perdana menteri, Hun Sen mengatakan bahwa negaranya telah membalas setelah "bersabar selama lebih dari 24 jam untuk menghormati gencatan senjata dan memberikan waktu untuk mengevakuasi warga ke tempat yang aman". Hal itu dilontarkannya menyusul ketegangan terbaru di perbatasan dengan Kamboja.
"Sekarang kami berjuang untuk mempertahankan diri lagi," ujarnya dalam sebuah unggahan Facebook, seperti dikutip Channel News Asia, Rabu 10 Desember 2025.
Konflik ini berpusat pada perselisihan yang telah berlangsung selama seabad mengenai perbatasan yang dipetakan selama masa penjajahan Prancis di wilayah tersebut, dengan kedua belah pihak mengklaim beberapa kuil di perbatasan.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan kepada wartawan bahwa militer negaranya akan tetap teguh.
"Thailand harus berdiri teguh di belakang mereka yang melindungi kedaulatan kami. Kami tidak bisa berhenti sekarang," ujar PM Charnivirakul.
Di Provinsi Surin,
Thailand, Sutida Pusa, 30 tahun, yang mengelola sebuah toko makanan kecil, mengatakan kepada
AFP pada hari Senin bahwa kerabatnya yang masih muda dan lanjut usia telah dipindahkan ke pusat evakuasi sehari sebelumnya, sementara yang lain tetap tinggal untuk menjaga properti mereka.
Ia telah bolak-balik antara tempat penampungan sementara dan rumahnya—yang terletak kurang dari 20 km dari perbatasan—untuk merawat anggota keluarga di kedua tempat tersebut.
"Saya ingin melihat situasi terlebih dahulu, karena suara pertempuran tidak sekeras saat bentrokan besar pada 24 Juli," kata Pusa.
"Kami tidak pernah mempercayai situasi ini,” imbuh Pusa.
Tentara Thailand mengatakan pada hari Selasa bahwa granat Kamboja telah jatuh di dua rumah warga sipil di Provinsi Sa Kaeo, tanpa ada korban jiwa yang dilaporkan.
Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia, sebagai ketua blok regional ASEAN, menjadi penengah untuk penghentian pertempuran pada bulan Juli.
Pada Oktober, Presiden AS Donald Trump mendukung deklarasi bersama lanjutan, yang menggembar-gemborkan kesepakatan perdagangan baru dengan Thailand dan Kamboja setelah mereka sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata.
Namun, Thailand menangguhkan perjanjian tersebut bulan berikutnya, dan kedua belah pihak kemudian saling tuduh terkait bentrokan baru.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Uni Eropa, dan Perdana Menteri Malaysia pada hari Senin mendesak kedua pihak untuk menahan diri dan menghentikan permusuhan.