Anggota Hamas saat bebaskan sandera. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 4 May 2024 08:11
Gaza: Hamas mengatakan delegasinya akan melakukan perjalanan ke Kairo, Mesir pada Sabtu 4 Mei 2024 untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata Gaza dengan "semangat positif" dalam upaya terbaru untuk menghentikan hampir tujuh bulan perang dengan Israel.
Mediator asing telah menunggu tanggapan Hamas terhadap proposal untuk menghentikan pertempuran selama 40 hari dan menukar sandera dengan tahanan Palestina.
“Kami menekankan semangat positif kepemimpinan Hamas dalam menangani proposal gencatan senjata yang baru-baru ini diterimanya, dan kami akan pergi ke Kairo dengan semangat yang sama untuk mencapai kesepakatan,” tulis kelompok pejuang Palestina di situsnya pada Jumat 3 Mei, dikutip dari AFP, Sabtu 4 Mei 2024.
“Kami di Hamas dan pasukan perlawanan Palestina bertekad untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan rakyat kami untuk penghentian total agresi, penarikan pasukan pendudukan, pemulangan pengungsi, bantuan dan rekonstruksi, serta kesepakatan pertukaran yang serius," kata pernyataan itu.
Kendala terbesarnya adalah, meski Hamas menuntut gencatan senjata yang langgeng, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk menghancurkan sisa pejuangnya di kota Rafah di bagian selatan, yang dipenuhi warga sipil yang mengungsi.
Perdana menteri yang berhaluan keras ini bersikeras bahwa dia akan mengirim pasukan darat ke Rafah, meskipun terdapat kekhawatiran kuat yang disuarakan oleh badan-badan PBB dan sekutunya Washington atas keselamatan 1,2 juta warga sipil di dalam kota tersebut.
Seorang pejabat tinggi Hamas menuduh Netanyahu pada hari Jumat mencoba menggagalkan usulan gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera dengan ancamannya untuk terus memerangi militan.
“Netanyahu adalah orang yang menghalangi semua putaran dialog sebelumnya dan jelas bahwa dia masih melakukan hal yang sama,” kata pejabat senior Hamas Hossam Badran kepada AFP melalui telepon.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan tersebut "sangat prihatin bahwa operasi militer skala penuh di Rafah dapat menyebabkan pertumpahan darah".
“Sistem kesehatan yang rusak tidak akan mampu mengatasi lonjakan korban dan kematian yang disebabkan oleh serangan di Rafah,” kata sebuah pernyataan badan tersebut.
Badran menuduh bahwa desakan Netanyahu untuk menyerang Rafah diperhitungkan untuk “menggagalkan segala kemungkinan mencapai kesepakatan” dalam negosiasi yang ditengahi oleh mediator Mesir, Qatar dan AS.
Serangan udara Israel menewaskan beberapa orang lagi di Rafah semalam, kata petugas medis Palestina dan badan pertahanan sipil.
Salah satu warga yang berduka, Sanaa Zoorob, mengatakan saudara perempuannya dan enam keponakannya tewas.
“Dua dari anak-anak tersebut ditemukan dalam keadaan hancur dalam pelukan ibu mereka”, kata Zoorob, sambil menyerukan gencatan senjata permanen dan penarikan penuh dari Gaza.