Ilustrasi. Foto: Freepik
Jakarta: Bank DBS Indonesia menyatakan kepercayaan investor terhadap Indonesia semakin meningkat.
Hal itu terungkap dari hasil survei global yang berkolaborasi dengan Financial Times Longitude, yang mengungkap pentingnya peran strategis departemen keuangan dan treasury pada perusahaan dalam menentukan lintasan jangka panjang bisnis global.
Laporan “Pivotal: How treasury and finance enable a new era of globalization” yang menyurvei 570 eksekutif dari 15 pasar di Asia-Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara, mengungkapkan bahwa prioritas strategis utama bagi bisnis di Indonesia dalam dua tahun ke depan adalah meningkatkan produktivitas dan kinerja operasional (83 persen), serta meningkatkan kepuasan dan retensi pelanggan (77 persen).
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan telah mengalami pertumbuhan yang stabil di sektor logam, pertambangan, dan manufaktur yang mendukung permintaan industri kendaraan listrik (EV).
Investasi infrastruktur yang gencar dilakukan telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap negara ini.
"Seiring dengan semakin pentingnya upaya-upaya keberlanjutan, seperti mengamankan pembiayaan untuk inisiatif dekarbonisasi yang meluas, pihaknya percaya bahwa peningkatan kepercayaan investor yang signifikan terhadap Indonesia menggarisbawahi fundamental ekonomi yang kuat dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan," kata Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie dalam keterangan tertulis, Selasa, 30 Juli 2024.
Ia mengatakan, Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan keahlian dan sumber daya regional untuk mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan mendorong integrasi ekonomi yang lebih besar di kawasan ini.
Diversifikasi bisnis
Selain itu, lanjut dia para eksekutif di Indonesia juga melihat diversifikasi bisnis sebagai tujuan utama. Mereka berfokus untuk membangun pertumbuhan bisnis di Asia dan mendapatkan keahlian dan talenta baru.
Untuk bisnis-bisnis di Indonesia, ia mengungkapkan terdapat berbagai hambatan, seperti akses terhadap modal dan pembiayaan serta ketidakpastian geopolitik berada pada urutan teratas dalam daftar, diikuti oleh penurunan dan volatilitas ekonomi.
"Karena banyak bisnis di negara ini memiliki cadangan yang cukup besar untuk mendanai ekspansi dan tujuan digitalisasi mereka, tantangan ini mungkin muncul terutama di negara-negara lain di Asia di mana afiliasi lokal mereka memiliki keinginan untuk memperluas operasi," tulis dia.
Menanggapi kebutuhan untuk mendorong prioritas strategis dan memfasilitasi strategi diversifikasi, para eksekutif mengindikasikan bahwa strategi korporasi merupakan upaya strategis yang paling mungkin dilakukan oleh tim treasury dan keuangan Indonesia (87 persen), diikuti oleh pengadaan dan rantai pasokan (83 persen).
Namun demikian, jika dibandingkan dengan rata-rata global, eksekutif di Indonesia relatif lebih kecil menyatakan bahwa treasury dan keuangan terlibat dalam keberlanjutan dan dekarbonisasi (60 persen berbanding 71 persen) dan manajemen risiko (63 persen berbanding 71 persen).