Ratusan ribu warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv. (EPA)
Willy Haryono • 2 September 2024 09:46
Tel Aviv: Aksi protes melanda Israel pada 1 September lalu menyusul tewasnya enam sandera di Jalur Gaza di tengah rasa frustrasi masyarakat terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang dinilai gagal mengamankan kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok pejuang Palestina Hamas.
Melansir dari AsiaOne, Senin, 2 September 2024, massa yang diperkirakan media Israel berjumlah hingga 500.000 orang berdemonstrasi di Yerusalem, Tel Aviv, dan kota-kota lain. Mereka menuntut Netanyahu berbuat lebih banyak untuk membawa pulang 101 sandera tersisa.
Israel memperkirakan sekitar sepertiga dari total sandera yang ditawan Hamas sudah tewas. Para pemimpin kelompok buruh di Israel mendesak para pekerja untuk melakukan aksi mogok selama satu hari pada Senin ini.
Militer Israel mengumumkan penemuan enam jenazah dari sebuah terowongan di kota Rafah di Gaza selatan, saat kampanye vaksinasi polio dimulai di wilayah Palestina yang hancur akibat perang dan kekerasan berkobar di Tepi Barat.
Jenazah sandera atas nama Carmel Gat, Hersh Goldberg-Polin, Eden Yerushalmi, Alexander Lobanov, Almog Sarusi, dan Ori Danino telah dipulangkan ke Israel, kata juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan.
Pemeriksaan forensik menetapkan bahwa mereka "dibunuh Hamas dengan sejumlah tembakan dari jarak dekat" 48-72 jam sebelumnya, kata juru bicara kementerian kesehatan Israel.
Di Yerusalem, para pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan dan berdemonstrasi di luar kediaman perdana menteri. Rekaman udara menunjukkan jalan raya utama Tel Aviv diblokir dengan para pengunjuk rasa memegang bendera dengan gambar para sandera yang terbunuh. Sekitar dua lusin warga Israel ditangkap di seluruh negeri, kata polisi.
Netanyahu, yang menghadapi seruan yang semakin meningkat untuk mengakhiri perang selama hampir 11 bulan dengan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang tersisa, mengatakan Israel tidak akan beristirahat sampai mereka menangkap mereka yang bertanggung jawab.
"Siapa pun yang membunuh sandera — tidak menginginkan kesepakatan," sebut Netanyahu.
Pejabat senior Hamas mengatakan bahwa Israel, dalam penolakannya untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata, harus disalahkan atas kematian tersebut.
"Netanyahu bertanggung jawab atas pembunuhan tahanan Israel," kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters. "Israel harus memilih antara Netanyahu dan kesepakatan tersebut,” sambungnya.
Serangan Israel terhadap Gaza dimulai setelah Hamas dan kelompok lainnya menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang dalam serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel.
Sejak saat itu, serangan balasan Israel telah meratakan sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu, dan kementerian kesehatan Gaza mengatakan sedikitnya 40.738 warga Palestina telah tewas.
Para pengungsi Palestina di Gaza hidup dalam kondisi memprihatinkan dengan tempat tinggal yang tidak memadai yang diperparah krisis kelaparan.
Baca juga: Vaksinasi Polio Dimulai di Gaza, Serangan Israel Tetap Berlanjut