Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: The New York Times
Medcom • 4 September 2024 21:11
Tel Aviv: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan sikapnya terkait syarat gencatan senjata di Jalur Gaza. Meskipun menghadapi tekanan dari sekutu dan protes besar-besaran dari warga Israel yang menginginkan penghentian kekerasan segera.
Pada Senin 2 September 2024 Netanyahu menyatakan bahwa Israel harus tetap mengontrol perbatasan antara Mesir dan Gaza, Palestina sebuah rencana yang kontroversial dan tampaknya mempersulit tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Konferensi pers pertama kali sejak ditemukannya enam sandera tewas di Gaza akhir pekan lalu, Netanyahu menyebut bahwa untuk menjamin keamanan Israel. Menurutnya Israel perlu menguasai sisi perbatasan Gaza dengan Mesir yang dikenal sebagai tercapainya Philadelphia atau jalur kehidupan Hamas.
Hamas di sisi lain, menegaskan bahwa kontrol Israel atas koridor tersebut tidak dapat diterima dalam negosiasi gencatan senjata. Mereka menuntut penarikan penuh Israel dari Gaza sebagai syarat utama.
“Jika kita pergi, akan ada tekanan diplomatik besar dari seluruh dunia agar kita tidak kembali,” ujar Netanyahu, sementara ribuan pengunjuk rasa berkumpul di dekat kediaman pribadinya di Yerusalem, seperti dikutilp dari The National.
Disampaikan Netanyahu sehari setelah militer Israel mengumumkan penemuan enam sandera yang tewas di sebuah terowongan di bawah kota Rafah, Gaza Selatan. Pertemuan ini mengguncang perasaan publik Israel dan memicu protes besar pada hari Minggu serta penghentian kerja massal yang diorganisir oleh sekitar pekerja terbesar di negara itu.
Namun, meski duka nasional melanda, aksi mogok pada hari Senin tidak sepenuhnya berhasil dan protes yang terjadi sepanjang hari relatif tenang. Hal ini menunjukkan adanya perpecahan dalam masyarakat Israel terkait cara menghentikan perang Israel-Hamas di Gaza.
Banyak warga Israel mendukung kesepakatan gencatan senjata untuk memulangkan para sandera. Namun, yang perlu diperhatikan dari kalangan kanan, mendukung syarat keamanan Netanyahu dan menolak perjanjian dengan Hamas.
Netanyahu juga mengindikasikan bahwa operasi militer untuk mengejar dan membunuh militan Hamas di Gaza akan terus berlanjut. “Kami sedang menghancurkan Hamas,” katanya, seraya menambahkan, “Namun, kami masih perlu mengambil alih kemampuan mereka untuk memerintah” di Gaza.
Netanyahu menegaskan bahwa Hamas “akan membayar mahal” atas kematian enam sandera tersebut. (Nithania Septianingsih)