Dolar Melemah, Harga Emas Berpotensi Meroket Lebih dari USD2.500

Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: Bappebti

Dolar Melemah, Harga Emas Berpotensi Meroket Lebih dari USD2.500

Husen Miftahudin • 19 August 2024 10:30

Jakarta: Harga emas telah menunjukkan tren yang menarik, dengan momentum kuat yang mendorong harga melampaui angka USD2.500. Menurut analis Dupoin Indonesia Andrew Fischer, tren jangka panjang menunjukkan harga emas tetap bullish. Artinya, emas diprediksi akan terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu ke depan.

Menurut Fischer, salah satu faktor kunci yang mendorong harga emas adalah pelemahan dolar AS/USD yang lebih tajam dari perkiraan. Penurunan nilai dolar AS ini memberikan dorongan positif pada harga emas, yang secara tradisional bergerak berlawanan arah dengan mata uang AS tersebut.

"Ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya, sehingga permintaan untuk logam mulia ini meningkat," ungkap Fischer dikutip dari analisis hariannya, Senin, 19 Agustus 2024.

Lebih lanjut, Fischer mengemukakan meskipun ada sedikit koreksi harga dalam beberapa sesi terakhir, secara keseluruhan tren harga emas masih berada pada jalur kenaikan. Analisis teknikal yang dilakukan menunjukkan harga emas telah membentuk pola tren naik yang kuat, didukung oleh analisis trendline dan candlestick. Kedua indikator ini mengisyaratkan potensi kenaikan harga emas masih cukup besar.

Di samping itu, perkembangan ekonomi makro di AS juga turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga emas. Seperti yang dilaporkan sebelumnya, harga emas (XAU/USD) mendapatkan momentum di sekitar USD2.505 selama awal sesi Asia pada hari Senin (19/8). Momentum ini didorong oleh harapan Federal Reserve (The Fed) AS akan menurunkan suku bunga pada September.

"Langkah ini, jika terealisasi, akan memberikan dorongan tambahan bagi harga emas. Penurunan suku bunga biasanya mengurangi biaya peluang untuk memegang emas, sehingga menarik lebih banyak investor untuk beralih ke logam mulia ini," papar Fischer.
 

Baca juga: Harga Emas Antam Minggu Pagi Stabil di Rp1,418 Juta/Gram
 

Fed diyakini pangkas suku bunga


Fischer mengakui, tanda-tanda penurunan suku bunga The Fed semakin jelas setelah data ekonomi AS yang dirilis minggu lalu menunjukkan beberapa kelemahan. Penjualan Ritel di AS memang melampaui ekspektasi, namun Indeks Harga Produsen (PPI/Producer Price Index) dan Indeks Harga Konsumen (CPI/Consumer Price Index) menunjukkan inflasi mulai mereda.

Selain itu, data Pembangunan Perumahan Baru (Housing Starts) di AS turun 6,8 persen pada Juli, menjadi 1,238 juta unit, level terendah sejak 2020. Penurunan ini semakin menambah kekhawatiran akan kekuatan ekonomi AS dan meningkatkan ekspektasi The Fed mungkin akan mengambil langkah pelonggaran lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan.

Dengan latar belakang ini, para investor emas tampaknya akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan perdagangan mereka dalam beberapa hari ke depan. Namun, dengan dukungan dari analisis teknikal dan fundamental yang kuat, prediksi harga emas dari Fischer tetap optimis.

Ia memperkirakan emas masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi dalam jangka pendek, terutama jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga pada September.

"Kesimpulannya, emas diproyeksikan akan melanjutkan tren naiknya, meskipun dengan beberapa fluktuasi di sepanjang jalan. Dengan dolar AS yang diprediksi terus melemah dan harapan akan pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed, harga emas kemungkinan akan tetap berada di atas USD2.500 dan mungkin mencapai level baru dalam beberapa minggu ke depan," tutup Fischer.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)