Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: dok MI/Ramdani.
Media Indonesia • 24 November 2023 18:32
Jakarta: Kinerja perekonomian Indonesia masih relatif lebih baik dibanding banyak negara. Berbagai indikator ekonomi domestik menunjukkan kondisi yang cukup kuat meski berada di tengah tantangan ekonomi global.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers, Jumat, 24 November 2023. Salah satu indikator itu ialah posisi Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih di zona ekspansif, yakni 51,5.
"PMI secara global masih mengalami tekanan berat. AS mulai pulih namun masih di border, yaitu 50. Tiongkok masih di bawah, 49,5. Negara yang positif dan tinggi hanya Indonesia dan India," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan, dari data PMI negara-negara yang dihimpun, hanya 30 persen negara yang memiliki PMI manufaktur di zona ekspansif. Sementara 70 persen lainnya berada dalam zona kontraktif.
"Ini artinya sektor riil, terutama manufaktur masih mengalami tekanan dari mulai pandemi hingga sekarang," terang Menkeu.
Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi Jadi Andalan Genjot Perekonomian
Selain dari sisi PMI, tingkat inflasi Indonesia juga relatif terkendali, yaitu di angka 2,56 persen per Oktober 2023. Angka tersebut masih lebih rendah dibanding inflasi yang terjadi di banyak negara.
Inflasi global diketahui masih berada dalam level yang cukup tinggi. Itu terjadi karena dipengaruhi oleh komponen harga bergejolak (volatile price), utamanya berasal dari komoditas gandum, kacang kedelai, dan beras. Kenaikan inflasi pangan tersebut merupakan imbas El Nino.
"Volatile food menjadi faktor kenaikan inflasi yang mesti diwaspadai. Inflasi Indonesia meski administered price turun, namun volatile food naik cukup tinggi, yaitu 5,5 persen ini disebabkan karena komoditas beras, cabai dan gula pasir mengalami kenaikan pada September-Oktober," jelas Sri Mulyani.
"Meski demikian Indonesia relatif rendah inflasinya dibanding negara maju. Ini perlu dijaga dan dipertahankan," tambahnya.
Sedangkan dari sisi eksternal neraca dagang Indonesia masih mencatatkan surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023. Sedangkan secara kumulatif dalam tahun berjalan, surplus dagang tercatat mencapai USD31,22 miliar.
"Neraca dagang dengan surplus itu berarti turun dari tahun lalu yang USD45,4 miliar. Ini yang tentu perlu untuk kita jaga agar eksternal balance Indonesia tetap positif dan tidak memberi pengaruh negatif pada kegiatan sektor riil Indonesia," kata Sri Mulyani. (M. Ilham Ramadhan Avisena)