Ilustrasi emas. Foto: Unplash
Annisa Ayu Artanti • 13 September 2024 10:37
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) kembali menarik perhatian pasar setelah menembus rekor tertinggi baru pada USD2.551 pada hari Kamis, 12 September 2024.
Kenaikan ini dipicu oleh rilis data inflasi AS dalam bentuk Indeks Harga Produsen (IHP) yang menunjukkan kenaikan harga di pabrik.
Menurut analisis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, tren bullish emas semakin menguat dan didukung oleh sinyal dari berbagai indikator teknikal, terutama Moving Average yang semakin mendominasi pergerakan XAU/USD.
Berdasarkan analisis yang diberikan Nugraha, emas diproyeksikan untuk melanjutkan kenaikan hari ini dengan target terdekat di USD2.600.
"Jika emas berhasil mencapai level ini, maka kemungkinan harga akan terus bergerak naik, mempertahankan tren bullish yang mendominasi pasar," ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat, 13 September 2024.
Namun, Nugraha juga mengingatkan akan potensi pembalikan harga (reversal) yang dapat terjadi. Jika harga gagal menembus level USD2.600, maka emas diperkirakan akan mengalami penurunan dengan target terdekat di USD2.545.
Selain analisis teknikal, faktor fundamental juga memegang peran penting dalam pergerakan harga emas. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga emas saat ini adalah ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed).
Para investor saat ini tengah menanti keputusan Fed minggu depan yang diperkirakan akan memangkas suku bunga. Namun, masih ada ketidakpastian terkait besaran pemangkasan tersebut, apakah akan sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin.
Ketidakpastian membebani dolar AS
Ketidakpastian ini telah membebani dolar AS, yang pada gilirannya mendorong kenaikan harga emas. Laporan dari Financial Times dan Wall Street Journal mengungkapkan bahwa keputusan Fed akan menjadi salah satu yang paling sulit dalam beberapa bulan terakhir, dan ini memicu para pedagang untuk menambah taruhan pada pemotongan suku bunga yang besar.
Data klaim pengangguran AS yang lebih tinggi, yang dirilis pada hari Kamis, juga menambah alasan bagi para pelaku pasar untuk mengantisipasi pemotongan suku bunga yang lebih agresif.
Menurut alat CME FedWatch, peluang bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin kini meningkat menjadi 43 persen, naik dari 27 persensehari sebelumnya.
Sementara itu, peluang pemangkasan sebesar 25 basis poin berada di 57 persen. Pasar juga memperkirakan pelonggaran moneter sebesar 113 basis poin dari tiga pertemuan Fed yang tersisa tahun ini.
Selain Fed, dua bank sentral utama lainnya, Bank of England dan Bank of Japan, juga akan mengadakan pertemuan kebijakan minggu depan. Kebijakan yang diambil oleh kedua bank sentral ini juga akan berpengaruh pada sentimen pasar global, termasuk pada pergerakan harga emas.
Saat ini, serangkaian laporan ekonomi yang beragam dari AS telah memicu ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga.
Data tersebut kemungkinan tidak akan menghalangi Fed untuk memangkas suku bunga, tetapi hal ini menjadi pengingat bahwa Fed harus menyeimbangkan kedua mandatnya, yaitu menjaga stabilitas inflasi dan ketenagakerjaan.
"Secara keseluruhan, harga emas diperkirakan akan terus naik dalam waktu dekat, dengan target terdekat di USD2.600. Namun, investor harus tetap waspada terhadap potensi pembalikan harga jika level tersebut gagal ditembus," ujar dia.