Dihantam Siklon Ditwah, Sri Lanka Butuh Rp116 Triliun untuk Rekonstruksi

Siklon Ditwah yang melanda d Sri Lanka memicu terjadinya banjir. (BBC)

Dihantam Siklon Ditwah, Sri Lanka Butuh Rp116 Triliun untuk Rekonstruksi

Muhammad Reyhansyah • 3 December 2025 18:31

Kolombo: Otoritas Sri Lanka mengaku membutuhkan dana sekitar USD7 miliar atau setara Rp116 triliun untuk membangun kembali rumah, infrastruktur industri, serta jaringan jalan yang hancur akibat terjangan Siklon Ditwah. Bencana tersebut hingga kini telah menewaskan sedikitnya 465 orang.

Harapan untuk menemukan 366 orang yang masih dilaporkan hilang kian menipis setelah banjir dan tanah longsor yang dipicu hujan ekstrem melanda negara kepulauan itu pekan lalu.

“Perkiraan awal kami menunjukkan kebutuhan sekitar enam hingga tujuh miliar dolar AS untuk proses rekonstruksi,” ujar Komisaris Jenderal Layanan Esensial Sri Lanka, Prabath Chandrakeerthi, yang memimpin operasi pemulihan nasional, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 3 Desember 2025.

Chandrakeerthi menjelaskan, pemerintah memberikan bantuan awal sebesar US$81 kepada setiap keluarga untuk membersihkan rumah. Sementara warga yang kehilangan tempat tinggal akan menerima bantuan hingga 2,5 juta rupee untuk pemulihan hunian.

Presiden Sri Lanka, Anura Kumara Dissanayake, menegaskan bahwa dukungan internasional sangat dibutuhkan untuk membiayai proses pemulihan. Ia mengingatkan bahwa Sri Lanka baru mulai bangkit dari krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya sekitar tiga tahun lalu. Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan status darurat nasional pada Sabtu lalu.

“Kami baru saja keluar dari krisis ekonomi ketika bencana ini melanda. Ini merupakan tantangan terbesar bagi pemerintah mana pun,” ujar Dissanayake dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi pada Selasa.

Sri Lanka diketahui sempat menyatakan gagal bayar (default) atas utang luar negeri sebesar US$46 miliar pada April 2022, setelah cadangan devisa negara itu terkuras untuk membiayai impor kebutuhan pokok seperti pangan, bahan bakar, dan obat-obatan. Negara tersebut kemudian memperoleh paket bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF) senilai US$2,9 miliar. Meski IMF menyatakan perekonomian mulai stabil, program reformasi dan penghematan tetap harus dijalankan. Krisis ekonomi tersebut memicu aksi demonstrasi besar-besaran yang berujung pada tumbangnya Presiden Gotabaya Rajapaksa.

Sementara itu, banjir di ibu kota Kolombo mulai surut pada Rabu setelah luapan besar yang terjadi akhir pekan lalu. Lebih dari 1,5 juta warga terdampak bencana, dengan sekitar 200.000 orang mengungsi di tempat penampungan pemerintah. Sejumlah kawasan pegunungan di wilayah tengah yang paling parah terdampak masih sulit dijangkau. Otoritas setempat kini berfokus membuka kembali akses jalan serta memulihkan jaringan komunikasi.

Di tengah situasi darurat tersebut, negara yang mengandalkan sektor pariwisata itu tetap menerima kedatangan kapal pesiar mewah di Pelabuhan Kolombo pada Selasa. Badan pariwisata Sri Lanka menilai kedatangan tersebut sebagai “pesan jelas kepada dunia bahwa Sri Lanka aman, terbuka, dan siap menyambut wisatawan kembali.”

Baca juga:  Siklon Ditwah Tewaskan 410 Orang di Sri Lanka, 150 Masih Hilang

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)