Dedi Mulyadi Pesan Calon Dokter Punya Kecerdasan Akademis dan Emosional

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, saat menjadi pemateri dalam seminar nasional di Unpad Bandung, Jumat, 22 Agustus 2025.

Dedi Mulyadi Pesan Calon Dokter Punya Kecerdasan Akademis dan Emosional

Roni Kurniawan • 22 August 2025 16:18

Bandung: Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meminta para calon dokter memiliki dasar kecerdasan dan pengabdian. Pesan itu disampaikan Dedi dalam acara Seminar Pencegahan Perundungan, Gratifikasi, Korupsi & Tindak Pidana Kekerasan Seksual di Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang digelar di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jumat, 22 Agustus 2025.

Dedi menekankan dunia kedokteran harus kembali pada esensi sejatinya, yakni berbasis kecerdasan dan pengabdian, bukan sekadar kemampuan ekonomi. Ia menegaskan proses rekrutmen calon mahasiswa kedokteran seharusnya memiliki standar khusus.

"Mahasiswa kedokteran standarnya adalah kecerdasan. Kecerdasan itu ada dua, akademis dan emosional. Seleksinya harus berbeda, sama seperti ketika masuk Akademi Kepolisian, Akademi Angkatan Darat, Laut, atau Udara. Karena dokter itu berhubungan dengan layanan dan nyawa manusia, maka rekrutmennya tidak boleh hanya berdasarkan kemampuan ekonomi orang tuanya," ujar Dedi.

Dedi juga menyoroti pentingnya pemerintah dalam memastikan keberlanjutan pengabdian para dokter. Menurut Dedi, dokter yang telah bertugas lama di puskesmas, rumah sakit, atau daerah terpencil, perlu diprioritaskan untuk melanjutkan pendidikan spesialis dengan dukungan penuh dari negara.
 

Baca: Dedi Mulyadi Tegur Bupati Sukabumi atas Lambannya Penanganan Kasus Balita Cacingan

"Pemerintah harus mengangkat dokter yang jelas punya rekam jejak pengabdian. Mereka yang sudah bertugas di puskesmas atau rumah sakit dalam jangka panjang, itu yang seharusnya dibiayai untuk menjadi dokter spesialis. Dan selama pendidikan spesialis, mereka tetap bisa bertugas agar mata rantai ekonomi tidak terputus," beber Dedi.

Dedi juga menekankan proses spesialisasi sebaiknya dipandang sebagai bagian dari praktik langsung, bukan sekadar pendidikan akademis semata. Diakui Dedi, pengalaman melayani pasien jauh lebih penting sebagai bentuk pembelajaran nyata. Selain itu, Dedi pun mengingatkan bahwa kesehatan tidak bisa hanya dipahami dari perspektif pengobatan, rumah sakit, atau teknologi kedokteran semata.

"Ilmu kesehatan itu ilmu hulu, bukan ilmu hilir. Jadi penyelesaian masalah kesehatan bukan hanya obat atau teknologi. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa mencegah penyakit sejak awal dan menciptakan manusia yang sehat," ungkap Dedi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)