Bukti Baru Perlihatkan Militer Israel Sengaja Bunuh Tenaga Medis di Gaza

Ambulans yang membawa jenazah dari petugas kesehatan yang dibunuh Israel. Foto: Anadolu

Bukti Baru Perlihatkan Militer Israel Sengaja Bunuh Tenaga Medis di Gaza

Fajar Nugraha • 7 April 2025 11:56

Gaza: Bukti video terbaru terkait pembunuhan 15 tenaga penyelamat Palestina oleh pasukan Israel di Rafah telah muncul, memperlihatkan bahwa serangan terhadap konvoi medis tersebut bertentangan dengan klaim awal militer Israel.

Rekaman yang diambil dari ponsel salah satu korban menunjukkan ambulans Palang Merah Palestina dengan tanda yang jelas serta lampu darurat menyala ditembaki oleh pasukan Israel. Video tersebut juga menampilkan para tenaga medis menggunakan rompi reflektif, menegaskan bahwa mereka adalah tim penyelamat.

Dalam konferensi pers di Markas Besar PBB, pejabat Palang Merah Palestina (PRCS) mengungkap bahwa rekaman sepanjang hampir tujuh menit itu telah diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB sebagai bukti.

Temuan baru ungkap fakta pembantaian

Tim penyelamat itu awalnya dilaporkan hilang saat menanggapi seruan darurat dari warga sipil yang terluka akibat serangan udara Israel di Rafah. Setelah berhari-hari tanpa kontak, jasad mereka ditemukan di dalam kuburan massal sedalam dua hingga tiga meter, dengan tubuh penuh luka tembak, menurut laporan Pertahanan Sipil Palestina.

"Mereka dibunuh dalam seragam mereka. Mengemudikan kendaraan yang ditandai dengan jelas. Mengenakan sarung tangan mereka. Dalam perjalanan untuk menyelamatkan nyawa," ujar Jonathan Whittall, kepala kantor kemanusiaan PBB di Palestina, seperti dilansir dari Middle East Eye, Senin 7 April 2025.

Kementerian Kesehatan Palestina menuduh pasukan Israel mengeksekusi tenaga medis, bahkan beberapa di antaranya dalam keadaan tangan terikat, sebelum akhirnya dikuburkan di bawah reruntuhan ambulans mereka.

Dalam pernyataan awal, militer Israel mengklaim bahwa kendaraan tersebut digunakan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina untuk operasi militer. Namun, kedua kelompok tersebut menolak tuduhan bahwa mereka memanfaatkan ambulans untuk keperluan militer.

Bukti video yang kini beredar membantah klaim militer Israel, yang sebelumnya menyatakan bahwa ambulans tersebut bergerak mencurigakan tanpa lampu darurat, sehingga pasukan menembakinya.

Rekaman tersebut memperlihatkan tenaga medis turun dari ambulans dan mobil pemadam kebakaran, lalu mendekati sebuah ambulans yang rusak. Tidak lama setelah itu, tembakan gencar menghantam konvoi, sementara suara teriakan panik para petugas medis dan perintah dalam bahasa Ibrani terdengar di latar belakang.

Salah satu tenaga medis terdengar mengatakan bahwa tentara Israel memberondong kendaraan mereka dengan peluru.

Ia kemudian terdengar berbicara kepada ibunya, dengan suara penuh emosi:
"Ibu, maafkan aku. Ini jalan yang kupilih, aku ingin menolong orang. Maafkan aku, Ibu. Aku bersumpah, aku hanya ingin membantu."

Tuntutan investigasi internasional

Dalam pernyataan resminya, Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut bahwa bukti yang terungkap "membuktikan kebohongan tentara Israel". Mereka menyerukan investigasi internasional yang independen untuk mengusut pembunuhan tersebut.

Di antara korban yang tewas, delapan diantaranya merupakan paramedis PRCS, enam lainnya adalah tim pencarian dan penyelamatan dari Pertahanan Sipil Palestina, serta satu staf dari PBB.

Menurut Mahmoud Basal, juru bicara Pertahanan Sipil Palestina, kondisi korban menunjukkan adanya tindakan eksekusi brutal. 

"Salah satu korban ditemukan dengan kaki terikat, yang lain dalam kondisi tanpa kepala, dan satu lagi tanpa pakaian bagian atas," ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa kuburan massal tempat para korban ditemukan berjarak hanya beberapa meter dari kendaraan mereka, yang menunjukkan bahwa tentara Israel mengeksekusi para tenaga medis di lokasi sebelum membuang jasad mereka ke dalam lubang.

Insiden terparah terhadap tenaga medis sejak 2017

Berdasarkan laporan Komite Palang Merah Internasional, pembunuhan ini merupakan serangan paling mematikan terhadap pekerja Palang Merah/Pelang Merah di seluruh dunia sejak 2017.

Sementara itu, ibu dari salah satu paramedis yang terbunuh, Ashraf Nasser Abu Labda, mengungkapkan kesedihannya dalam wawancara dengan Middle East Eye pekan lalu.

"Anakku adalah seorang relawan yang menolong orang-orang terluka. Dia tidak menerima gaji. Dia mencintai pekerjaannya dan mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk itu,” pungkas pernyataan ibu itu.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)