Tak Sanggup Lawan Dolar AS, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.415,5/USD

Rupiah. Foto: dok MI.

Tak Sanggup Lawan Dolar AS, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.415,5/USD

Husen Miftahudin • 15 September 2025 17:00

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 15 September 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.415,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 40,5 poin atau setara 0,25 persen dari posisi Rp16.375 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 40,5 poin, sebelumnya sempat melemah 55 poin di level Rp16.415,5 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.375 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.405 per USD. Rupiah turun 18 poin atau setara 0,11 persen dari Rp16.387 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.405 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 14 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.391 per USD.
 

Baca juga: Rupiah Awal Pekan Sedikit Tertekan
 

Rupiah tertekan serangan Ukraina ke Rusia


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh sentimen memanasnya tensi geopolitik, setelah Ukraina meningkatkan serangannya terhadap infrastruktur minyak Rusia, termasuk terminal ekspor terbesarnya, Primorsk, dan kilang utama Kirishinefteorgsintez.

"Serangan tersebut berpotensi menghentikan produksi minyak Rusia dalam jumlah besar, dan dapat memicu potensi gangguan pasokan, terutama untuk pasar utama Moskow, yaitu India dan Tiongkok," ungkap Ibrahim.

Fokus juga tertuju pada upaya AS untuk meredakan perang Rusia-Ukraina, meskipun Moskow mengisyaratkan perundingan gencatan senjata dengan Ukraina telah terhenti.

AS pekan lalu terlihat mengupayakan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap Tiongkok dan India dari negara-negara G7, setelah Washington pada akhir Agustus mengenakan tarif 50 persen terhadap India atas pembelian minyak Rusia. 

"Pembatasan yang lebih ketat dari negara-negara Barat terhadap pembelian minyak Rusia akan semakin membatasi pasokan global, dan tampaknya kemungkinan besar terjadi mengingat perang antara Moskow dan Kyiv belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir," jelas dia.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Ekonomi Indonesia diperkirakan melambat


Di sisi lain, rupiah juga melemah imbas proyeksi pelambatan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 imbas faktor belanja pemerintah yang masih rendah. Selain itu, kinerja perdagangan, khususnya net ekspor, diperkirakan juga melandai.

"Apalagi, kinerja ekspor memuncak hanya sampai Agustus 2025 karena pengusaha melakukan front loading sebelum penerapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump," terang Ibrahim.

Namun, tegas dia, geliat perekonomian akan berbalik arah terjadi pada kuartal IV-2025, optimistis  bakal tumbuh sejalan dengan penyerapan insentif maupun stimulus yang digelontorkan pemerintah.

Pada kuartal II-2025 lalu, pertumbuhan ekonomi melesat di atas ekspektasi hampir berbagai kalangan yakni hingga 5,12 persen (yoy) di tengah gelombang PHK dan lain-lain. Sebelumnya, pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 mencapai 5,2 persen (yoy).

Selain itu, publik tak perlu takut apabila target pertumbuhan tidak tercapai, karena kebijakan fiskal masih bisa menopang percepatan pembangunan, lantaran sisa Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah masih cukup banyak. Hal itu kendati senilai Rp200 triliun sudah dipindahkan dari Bank Indonesia (BI) ke lima Himbara. Tujuannya untuk memacu kredit sektor riil.

Kemudian, pemerintah sudah menyiapkan paket stimulus, saat ini pemerintah telah menyusun beberapa paket insentif yang akan digelontorkan hingga akhir tahun. Beberapa program yang sedang disusun pemerintah untuk memacu perekonomian meliputi perluasan sektor sasaran insentif pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) ditanggung pemerintah (DTP).

"Insentif pembebasan pajak itu saat ini hanya berlaku untuk buruh di sektor padat karya dengan gaji di bawah Rp10 juta per bulan," urai Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Selasa besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.370 per USD hingga Rp16.420 per USD," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)