Logo Bursa Efek Indonesia. Foto: dok BEI.
Husen Miftahudin • 8 April 2025 07:53
Jakarta: Pasar saham Indonesia pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini 'strong' menjelang pembukaan perdana pascalibur panjang Lebaran, di tengah huru-hara tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pidato Trump pada 2 April 2025 mengenai kenaikan tarif impor secara resiprokal terhadap sejumlah negara mitra dagang telah memicu gejolak di pasar keuangan global. Merespons sentimen ini, sejumlah indeks saham bursa-bursa utama dunia mengalami koreksi tajam, terutama di bursa-bursa negara maju seperti AS, Jerman, dan Jepang.
Ekonom dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee mengungkapkan kebijakan tarif impor yang diumumkan tersebut lebih condong memberikan sentimen terbatas yang akan memengaruhi pasar modal Indonesia.
"Kita kena dampaknya relatif lebih terbatas karena emiten kita yang eskpornya ke Amerika tidak banyak atau dengan kata lain kita kurang mengandalkan ekspor-impor," ujar Hans dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 8 April 2025.
Terlebih, Hans menyebutkan Indonesia lebih mengandalkan ekonomi atau konsumsi dalam negeri sehingga seharusnya dampaknya lebih relatif. Adapun, yang perlu diwaspadai adalah putaran kedua, di mana adanya kemungkinan pembalasan tarif dari negara-negara lain yang berujung pada perang tarif.
"Pembalasan tarif kemudian akan dibalas Amerika dengan tarif sehingga ini akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang sentimennya kurang baik bagi pasar saham kita," tambah dia.
Adapun, sejumlah indeks saham negara-negara di Asia Pasifik mengalami penurunan signifikan sejak pengumuman kebijakan tarif oleh Donald Trump. Per 7 April 2025, indeks Hong Kong turun hingga lebih dari sepuluh persen, indeks Shanghai turun hingga tujuh persen, dan indeks Korea Selatan turun hingga lima persen.
Hans melihat, pergerakan IHSG pada hari pertama perdagangan setelah libur panjang Idulfitri kemungkinan akan bergerak terbatas akibat efek kejut sehingga berpotensi turun terlebih dahulu.
"Kemungkinan pasar saham kita akan bergerak relatif terbatas kemudian dalam beberapa pekan ke depan rebalancing portofolio asing telah berakhir di Maret sehingga tekanan jual berkurang di pasar kita," jelas Hans.
| Baca juga: Tarif Trump Bikin Panik Dunia, Hikmahanto: Saatnya Indonesia Bersinergi |
.jpg)