Presiden Madagaskar Melarikan Diri di Tengah Protes Mematikan

Presiden Madagaskar Andry Rajoelina pergi menyelamatkan diri dari unjuk rasa warga. Foto: Anadolu

Presiden Madagaskar Melarikan Diri di Tengah Protes Mematikan

Fajar Nugraha • 14 October 2025 11:33

Antananarivo: Presiden Madagaskar Andry Rajoelina mengonfirmasi bahwa dirinya telah meninggalkan negara tersebut untuk menyelamatkan diri di tengah eskalasi protes massal yang menewaskan sedikitnya 22 orang.

Pengumuman itu disampaikannya melalui siaran langsung Facebook pada Senin, 13 Oktober 2025, setelah muncul laporan bahwa ia dievakuasi menggunakan pesawat militer Prancis pada Minggu 12 Oktober.

Krisis ini bermula dari pemadaman listrik dan air sejak 25 September 2025 yang kemudian berkembang menjadi aksi protes atas kenaikan biaya hidup, kemiskinan, dan dugaan korupsi di pemerintahan.

Para demonstran menuntut pengunduran diri Rajoelina serta penyelenggaraan pemilu baru. Menurut laporan PBB, bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 22 orang.

Situasi politik semakin tegang setelah unit elit militer CAPSAT -,yang sebelumnya dikenal mendukung kudeta Rajoelina pada 2009,- menyatakan mengambil alih kendali militer dan menolak perintah untuk menembak demonstran. Rajoelina mengecam langkah tersebut sebagai upaya merebut kekuasaan secara ilegal.

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan keprihatinan atas perkembangan di Madagaskar, meski menolak mengonfirmasi kabar evakuasi Rajoelina oleh Prancis. Namun, sejumlah sumber militer menyebut bahwa Rajoelina dievakuasi menggunakan pesawat Casa milik Prancis dari Bandara Sainte Marie.

Unjuk rasa terus berlanjut di ibu kota Antananarivo, dengan ratusan demonstran yang didukung oleh tentara dan polisi berkumpul di balai kota sambil mengibarkan bendera dan menuntut perubahan kepemimpinan.

Salah satu pengunjuk rasa, Finaritra Manitra Andrianamelasoa, 24 tahun, mengatakan bahwa rakyat menuntut pengunduran diri presiden.

“Setelah Presiden mengundurkan diri, kita dapat mempertimbangkan untuk mengadakan pemilu dan menentukan siapa yang cocok untuk memimpin,” ujar Andrianamelasoa, dikutip dari Al-Jazeera, Selasa, 14 Oktober 2025.

Gelombang protes di Madagaskar ini mencerminkan tren pergerakan Generasi Z di berbagai negara, seperti di Nepal yang sebelumnya berhasil memaksa presidennya mundur pada awal September 2025.



(Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)