Ilustrasi SPBU. Foto- Pertamina.
Riza Aslam Khaeron • 26 February 2025 14:15
Jakarta: Kasus pencampuran Pertalite dan Pertamax kembali menjadi perhatian publik setelah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta Pertamina bertanggung jawab atas dugaan pengoplosan Pertalite menjadi Pertamax yang dijual dengan harga lebih tinggi.
Melansir laporan pada Rabu, 26 Februari 2025, kasus ini melibatkan Dirut PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan dan sejumlah tokoh kunci Pertamina lainnya, yang diduga melakukan praktik ini melalui SPBU rekanannya.
"Tanggung jawab pertamina sebagai operator yang menjual BBM melalui SPBU sebagai rekanannya harus memberikan sanksi bagi SPBU yang melakukan penyimpangan. Selain itu, konsumen harus menunjukan bukti pembelian sebagai syarat minta ganti rugi,” ungkap Sekretaris Eksekutif YLKI Sri Wahyuni kepada Media Indonesia, Rabu, 26 Februari 2025.
Lantas, selain dugaan praktik penipuan yang memaksa konsumen membayar lebih mahal untuk produk yang seharusnya dijual lebih murah. Apakah ada dampak praktik ini terhadap mesin? Berikut penjelasannya.
Risiko Mencampur Pertalite dan Pertamax
Mengutip
AstraOtoshop, mencampur bahan bakar dengan oktan berbeda dapat menurunkan efisiensi bahan bakar dan berdampak negatif pada mesin kendaraan. Berikut beberapa dampak buruk dari mencampur Pertalite dan Pertamax?
1. Menurunkan Kualitas Bahan Bakar: Pencampuran Pertalite (RON 90) dengan Pertamax (RON 92) menyebabkan ketidakstabilan pembakaran dan mengurangi efisiensi bahan bakar. Mesin bisa mengonsumsi lebih banyak bahan bakar untuk menempuh jarak yang sama.
2. Merusak Komponen Mesin: Perbedaan karakteristik pembakaran antara bahan bakar beroktan rendah dan tinggi dapat merusak komponen seperti klep dan piston, mempercepat keausan, serta meningkatkan biaya perawatan.
3. Meningkatkan Risiko Knocking: Knocking atau detonasi adalah pembakaran tidak terkontrol dalam mesin yang dapat menyebabkan kerusakan serius. Mencampur bahan bakar dengan nilai oktan berbeda meningkatkan risiko ini, terutama pada kendaraan dengan rasio kompresi tinggi.
4. Meningkatkan Pembentukan Kerak di Mesin: Campuran bahan bakar yang tidak sesuai dapat meningkatkan pembentukan kerak pada ruang bakar dan injektor, yang menghambat kinerja mesin dan menurunkan efisiensinya.
5. Menurunkan Performa Mesin: Mesin yang dirancang untuk bahan bakar dengan nilai oktan tertentu akan mengalami penurunan tenaga dan akselerasi saat menggunakan campuran bahan bakar yang tidak sesuai.
6. Mempengaruhi Kinerja Oli Mesin: Campuran bahan bakar yang tidak sesuai dapat meningkatkan kadar kotoran dalam sistem pelumasan, mempercepat degradasi oli, dan berpotensi merusak komponen mesin dalam jangka panjang.
7. Mengurangi Umur Mesin: Kendaraan yang terus-menerus menggunakan campuran bahan bakar dengan nilai oktan yang berbeda dapat mengalami penurunan daya tahan mesin, mempersingkat umur pakai kendaraan.
Mencampur Pertalite dan Pertamax mungkin terlihat menghemat biaya, tetapi dampaknya terhadap mesin kendaraan sangat berisiko. Konsumen disarankan untuk selalu menggunakan bahan bakar sesuai rekomendasi pabrikan demi menjaga kinerja mesin dan mencegah kerusakan yang bisa menyebabkan biaya perbaikan lebih besar.
YLKI menegaskan pentingnya transparansi dalam kualitas bahan bakar yang beredar di pasaran serta perlunya edukasi bagi konsumen untuk memahami risiko mencampur bahan bakar dengan nilai oktan berbeda. Pemerintah didesak untuk memperketat pengawasan terhadap SPBU guna mencegah praktik ilegal seperti pengoplosan bahan bakar.