Ilustrasi mata uang dolar AS. Foto: Associated Press.
Ade Hapsari Lestarini • 30 September 2023 07:40
New York: Dolar AS sedikit melemah pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat. Pelemahan ini setelah data inflasi yang dirilis lebih lemah dari perkiraan dan laporan sentimen konsumen yang menggembirakan.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,10 persen menjadi 106,1156 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,0578 dolar AS dari 1,0553 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris naik menjadi 1,2206 dolar AS dari 1,2196 dolar AS.
Dolar AS dibeli 149,4190 yen Jepang, lebih tinggi dari 149,2380 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9154 franc Swiss dari 0,9162 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3554 dolar Kanada dari 1,3500 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,8972 krona Swedia dari 10,9344 krona Swedia.
Baca juga: Ekonomi AS Sesuai Jalur, Diharap Tumbuh 2,1%
Inflasi AS dan indeks konsumen
Melansir
Xinhua, Sabtu, 30 September 2023,
inflasi di Amerika Serikat, yang diukur dengan perubahan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), naik menjadi 3,5 persen pada basis tahunan di Agustus dari 3,4 persen di Juli.
Biro Analisis Ekonomi melaporkan PCE inti tahunan, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, naik 3,9 persen di Agustus, laju yang sedikit lebih lambat dibandingkan kenaikan 4,3 persen di Juli.
University of Michigan juga merilis pembacaan akhir laporan Sentimen Konsumen Michigan untuk September pada Jumat.
Laporan tersebut mengindikasikan Indeks Sentimen Konsumen turun dari 69,5 pada Agustus menjadi 68,1 pada September, dibandingkan dengan konsensus analis sebesar 67,7. Dolar AS naik kembali di atas level 106,00 setelah laporan tersebut.
Sementara di zona euro, badan statistik Komisi Eropa melaporkan harga konsumen naik pada tingkat tahunan sebesar 4,3 persen pada bulan ini, turun dari 5,2 persen pada Agustus.
Menurut Kantor Statistik Nasional, perekonomian Inggris dalam tiga bulan hingga akhir Juni 2023 adalah 1,8 persen lebih besar dibandingkan kuartal terakhir 2019, kuartal penuh terakhir sebelum dimulainya pandemi covid-19.