Ribuan Orang Gelar Aksi Protes di Beograd Menentang Pemerintahan Populis Serbia

Unjuk rasa yang terjadi di Serbia. Foto: Anadolu

Ribuan Orang Gelar Aksi Protes di Beograd Menentang Pemerintahan Populis Serbia

Fajar Nugraha • 23 December 2024 16:38

Beograd: Puluhan ribu warga memadati Alun-Alun Slavija di pusat kota Beograd, Serbia pada Minggu Desember 2024 dalam aksi unjuk rasa besar. Aksi ini ditujukan untuk menentang Presiden Aleksandar Vucic dan pemerintahannya. 

Gelombang protes ini diprakarsai oleh kelompok mahasiswa dan serikat petani sebagai bagian dari gerakan yang menuntut akuntabilitas atas runtuhnya kanopi stasiun kereta di Novi Sad pada 1 November 2024 yang menewaskan 15 orang.

Salah satu spanduk yang dibawa oleh massa bertuliskan, “Kami semua berada di bawah kanopi,” merujuk pada solidaritas atas tragedi tersebut.
Selain di Beograd, aksi serupa juga berlangsung di kota Nis dan Kragujevac.

Di Beograd, protes dimulai dengan mengheningkan cipta selama 15 menit untuk menghormati para korban. Setelah itu, terdengar teriakan, “Kalian berdarah di tangan kami!” dari para pengunjuk rasa.

Banyak warga Serbia meyakini bahwa runtuhnya kanopi tersebut disebabkan oleh korupsi yang merajalela dan pengerjaan proyek yang asal-asalan. 

Stasiun kereta Novi Sad telah dua kali direnovasi dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari proyek besar yang melibatkan perusahaan milik negara Tiongkok. Para demonstran menuntut agar Presiden Vucic dan semua pihak yang bertanggung jawab diadili.

Sejumlah aktor teater dan film terkenal Serbia turut bergabung dalam protes ini. Salah satunya, aktor Bane Trifunovic, menyebut aksi tersebut sebagai “festival kebebasan.”

Di sisi lain, Presiden Vucic menunjukkan kepercayaan dirinya dengan meresmikan bagian jalan tol baru di Serbia tengah pada hari yang sama. Ia menegaskan tidak akan memenuhi tuntutan oposisi untuk membentuk pemerintahan transisi. Vucic menuding lawan politiknya memanfaatkan mahasiswa untuk merebut kekuasaan.

“Kami akan mengalahkan mereka lagi,” ujar Vucic, seperti dilansir dari France24, Senin 23 Desember 2024.

“Oposisi tidak tahu harus berbuat apa selain memanfaatkan anak-anak orang lain”, tambah Vucic.

Dalam upaya meredam protes yang dipimpin mahasiswa, Vucic menawarkan pinjaman dengan bunga rendah kepada kaum muda untuk membeli apartemen. Ia juga berusaha menarik kembali dokter dan tenaga profesional Serbia yang telah bermigrasi ke negara-negara Barat dalam beberapa tahun terakhir.

Jaksa Serbia telah menangkap 13 orang terkait tragedi Novi Sad, termasuk seorang menteri. Namun, pembebasan menteri tersebut memicu keraguan publik terhadap transparansi investigasi yang sedang berlangsung.

Protes yang berlangsung selama berminggu-minggu ini mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap kepemimpinan Vucic. Meskipun secara formal Vucic menyatakan ingin membawa Serbia bergabung dengan Uni Eropa, ia kerap dituduh justru membatasi kebebasan demokrasi di negara tersebut.

Partai oposisi mengusulkan pembentukan pemerintahan transisi untuk mempersiapkan pemilihan umum yang bebas dan adil. Pemerintah Vucic sebelumnya dituduh melakukan kecurangan dalam pemilu.

Sebagai respons terhadap protes yang meluas, pemerintah memperpanjang libur musim dingin sekolah dengan memajukannya hampir satu minggu lebih awal. Sementara itu, perkuliahan di berbagai universitas di Serbia terhenti karena mahasiswa menduduki gedung fakultas mereka.

Beberapa hari terakhir, pelajar sekolah menengah juga mulai bergabung dalam gerakan ini. Aksi kekerasan sempat terjadi ketika kelompok pendukung pemerintah berupaya membubarkan demonstrasi.

Pada Minggu, kelompok petani yang bergabung dalam aksi protes melaporkan bahwa traktor mereka disita polisi saat menuju Beograd. Dukungan untuk mahasiswa terus berdatangan dari berbagai kalangan, termasuk dosen, tokoh media, pengacara, dan figur publik terkemuka.

Vucic sebelumnya menuduh mahasiswa menggelar protes demi uang, namun kemudian ia mengklaim telah memenuhi tuntutan mereka, termasuk merilis dokumen terkait renovasi Stasiun Novi Sad. (Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)