Harga Minyak WTI Melemah

Ilustrasi. Foto: Unsplash.

Harga Minyak WTI Melemah

Husen Miftahudin • 17 December 2024 13:33

Jakarta: Harga minyak mentah berjangka, khususnya West Texas Intermediate (WTI), mengalami pelemahan dari level tertinggi dalam beberapa minggu terakhir. Pada penutupan perdagangan Senin (16/12), minyak WTI ditutup pada USD70,71 per barel, turun 58 sen atau 0,8 persen dari sesi sebelumnya.

Penurunan ini didorong oleh melemahnya belanja konsumen di Tiongkok, importir minyak terbesar dunia, serta aksi ambil untung dari investor menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan minggu ini.

Menurut analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha, tren bullish pada WTI masih cukup kuat berdasarkan kombinasi candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk. Ia memproyeksikan harga WTI memiliki potensi untuk naik hingga USD71,5 pada hari ini.

Namun, jika harga gagal mempertahankan kenaikan dan terjadi pembalikan arah (reversal), jelas dia, target penurunan terdekat berada di kisaran USD69,8.

"Kombinasi teknikal menunjukkan dominasi bullish, meskipun di tengah tekanan fundamental dari Tiongkok dan keputusan suku bunga AS," ujar Andy dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 17 Desember 2024.
 

Baca juga: Harga Minyak Brent Tergelincir Jadi USD70/Barel

Harga minyak minggu lalu sempat menguat lebih dari enam persen, didukung oleh ekspektasi pengetatan pasokan global. Sanksi tambahan pada produsen minyak Rusia dan Iran menjadi katalis positif bagi harga. Selain itu, ekspektasi suku bunga yang lebih rendah di AS dan Eropa turut memberikan dorongan permintaan.

Namun, pelemahan penjualan ritel di Tiongkok menjadi tekanan signifikan pada pasar minyak. Data menunjukkan belanja konsumen yang lebih lambat dari perkiraan, mendorong Beijing untuk mempertimbangkan stimulus tambahan guna mendukung ekonomi yang rapuh.

"Prospek permintaan minyak mentah dari Tiongkok berada dalam skenario pesimistis jika tidak ada perubahan besar dalam perilaku belanja konsumen," tambah Andy.


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

Menanti keputusan moneter Fed


Sementara itu, OPEC+ telah memutuskan untuk menunda rencana peningkatan produksi hingga April 2025. Keputusan ini mencerminkan kehati-hatian kelompok produsen dalam menghadapi ketidakpastian permintaan global.

Investor juga menantikan keputusan The Fed pada pertemuan 17-18 Desember. Bank sentral AS diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 0,25 persen.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak. Namun, dolar AS yang menguat mendekati level tertinggi tiga minggu terhadap mata uang utama lainnya turut menekan harga minyak.

Penguatan dolar membuat minyak mentah, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Dengan ketidakpastian global yang terus membayangi, pasar minyak akan tetap menjadi perhatian utama investor, terutama menjelang akhir tahun.

"Keputusan The Fed dan perkembangan dari Tiongkok diperkirakan akan menjadi kunci dalam menentukan arah harga minyak dalam jangka pendek," tutup Andy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)