Ilustrasi. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan
Annisa ayu artanti • 8 November 2023 16:54
Jakarta: Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2023 tumbuh 4,94 persen atau melambat dibandingkan periode sebelumnya, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih relatif kuat.
Bahkan, dia bilang, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif terjaga di tengah meningkatnya risiko dan perlambatan ekonomi global.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah tantangan global. Hal ini menunjukkan APBN telah menjalankan fungsinya sebagai stabilisator dan shock absorber untuk melindungi masyarakat dengan baik. Ke depan, APBN akan terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujar Febrio dalam siaran pers, Rabu, 8 November 2023.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 5,1 persen (yoy) pada triwulan III-2023. Menurutnya, laju konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif didukung oleh daya beli masyarakat yang terjaga dengan tingkat inflasi yang terkendali.
Peran APBN terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat melalui pemberian bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penguatan distribusi pasokan pangan. Selain itu, koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga.
Baca juga: Ragam Kebijakan Pemerintah Jaga Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global
Penurunan konsumsi pemerintah
Febrio menjelaskan, konsumsi pemerintah memiliki peran penting dalam mendorong penguatan aktivitas perekonomian dan peningkatan pelayanan publik. Namun, konsumsi pemerintah pada triwulan III-2023 mengalami kontraksi sebesar 3,8 persen (yoy).
Pergeseran pembayaran gaji ke-13 yang dilakukan di triwulan II merupakan salah satu faktor pemicu menurunnya konsumsi pemerintah pada triwulan ini. Meskipun demikian, konsumsi pemerintah yang terealisasi hingga saat ini diharapkan memiliki
multiplier effect yang lebih tinggi terhadap perekonomian bagi keberlangsungan transformasi ekonomi.
Lebih lanjut, dia menjelaskan soal investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang menunjukkan kinerja impresif. Pertumbuhan PMTB tercatat sebesar 5,8 persen (yoy) pada triwulan III-2023. Ekspansi aktivitas konstruksi mendorong kinerja PMTB bangunan yang tumbuh mencapai 6,3 persen (yoy) sejalan dengan penjualan semen domestik yang tumbuh sebesar 8,4 persen.
Di periode yang sama, pertumbuhan belanja modal pemerintah yang mencapai 32,4 persen (yoy) turut mendorong pertumbuhan barang modal bangunan. Konektivitas yang semakin maju dan stabilitas perekonomian dalam negeri menjaga keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi. Sementara itu, kinerja pertumbuhan nonbangunan terjadi pada investasi kendaraan yang tumbuh mencapai 21,3 persen (yoy).
Ekspor barang jasa terkontraksi
Ekspor barang dan jasa terkontraksi sebesar 4,3 persen (yoy) akibat pelemahan permintaan global. Febrio menjelaskan, penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia.
Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, volume ekspor produk hilirisasi seperti ekspor besi baja dan ekspor nikel tumbuh kuat.
Sementara itu, impor pada triwulan III-2023 juga terkontraksi sebesar 6,2 persen (yoy), terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong.
Di melanjutkan, pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga turut mendorong perbaikan kondisi ketenagakerjaan Indonesia. Hal ini tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang konsisten menurun hingga mencapai level 5,32 persen pada Agustus 2023, dari sebelumnya 5,86 persen pada Agustus 2022.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Anggaran Jaga Pertumbuhan Ekonomi
Porsi tenaga kerja meningkat
Dalam kurun waktu Agustus 2022-Agustus 2023, pertumbuhan ekonomi menciptakan tambahan lapangan kerja sebanyak 4,55 juta orang. Perbaikan ekonomi juga diikuti dengan peningkatan porsi tenaga kerja formal menjadi sebesar 40,89 persen dari sebelumnya 40,69 persen per Agustus 2022.
Tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat menjadi sebesar 69,48 persen (TPAK Agustus 2022: 68,63 persen) yang merupakan level tertinggi sejak tahun 1986. TPAK pada perempuan tercatat terus meningkat lebih tinggi dibanding laki-laki, menandakan perbaikan peningkatan kesempatan kerja pada perempuan.
Dari sisi sektoral, penciptaan lapangan kerja terjadi di hampir seluruh sektor. Lapangan usaha pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan masih menjadi sektor tertinggi dengan jumlah tenaga kerja terbanyak yang mencapai total pekerja sebanyak 61,03 persen.
Sementara itu, Sektor Akomodasi & Makan Minum mengalami peningkatan pekerja tertinggi sebanyak 1,18 juta orang, diikuti Sektor Konstruksi sebesar 0,77 juta orang, dan Sektor Pertanian sebesar 0,75 juta orang. Selain itu, perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga diikuti dengan kenaikan rata-rata upah per bulan secara umum.
Tren perlambatan global diperkirakan berlanjut, berpotensi memengaruhi pertumbuhan ekonomi di 2023 berkisar lima persen.
"Untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi, Pemerintah melakukan intervensi berupa paket kebijakan di penghujung tahun. Kebijakan tersebut mencakup penebalan bansos untuk mitigasi dampak El Nino, percepatan penyaluran program KUR di tengah peningkatan suku bunga, serta kebijakan penguatan sektor perumahan. Pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dan menyiapkan langkah-langkah mitigasi untuk menjaga keberlanjutan tren positif pertumbuhan ekonomi nasional," jelas Febrio.