Lebanon diserang Israel di wilayah Desa Yaron di selatan. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 3 October 2024 09:12
Beirut: Sebanyak delapan tentara Israel tewas dalam pertempuran dengan Hizbullah di Lebanon selatan. Hal ini dipastikan oleh militer Israel dalam sebuah pernyataan pada Rabu 2 Oktober 2024. Tiga dari mereka yang tewas adalah komandan, dan tujuh tentara lainnya terluka parah.
Hizbullah bentrok dengan pasukan Israel yang menyusup ke kota perbatasan Lebanon selatan Maroun al-Ras, setelah sebelumnya memukul mundur upaya penyusupan di tempat lain.
Kelompok itu menghancurkan tiga tank Merkava Israel dengan peluru kendali saat mereka mendekati kota itu, katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam pernyataan terpisah dikatakan bahwa beberapa tentara Israel tewas dan terluka dalam pertempuran di Maroun al-Ras dan Odaissah, di mana para pejuangnya melawan serangan oleh tentara infanteri Israel di pagi hari, yang memaksa mereka untuk mundur.
Sky News Arabia mengutip sumber Israel yang mengatakan bahwa 14 tentara Israel tewas dalam pertempuran pada hari Rabu.
Militer Lebanon mengatakan, dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Israel melanggar garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru, bergerak sekitar 400m ke wilayah Lebanon, dan kemudian mundur beberapa saat kemudian.
Beberapa jam sebelumnya, Hizbullah mengatakan pihaknya melakukan serangkaian serangan terhadap pasukan Israel yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, menargetkan tiga posisi militer berbeda dengan roket dan tembakan artileri, sehingga menghasilkan "serangan langsung".
“Kami memiliki cukup pejuang, senjata, dan amunisi untuk memukul mundur pasukan Israel,” ujar Kepala media Hizbullah Mohammad Afif, dikutip dari Middle East Eye, Kamis 3 Oktober 2024.
Halaman Telegram Israel mengatakan, helikopter penyelamat terlihat mengangkut tentara dari perbatasan utara ke rumah sakit di Haifa setelah serangan tersebut. Tidak ada komentar langsung dari militer Israel.
Jurnalis Israel Meron Rapoport mengatakan, kepada Middle East Eye bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah banyaknya korban Israel akan menghalangi invasi militer, tetapi menambahkan bahwa kerugian yang terus berlanjut dapat berdampak pada militer Israel dan rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Perang di Lebanon bukan hanya perang Netanyahu, tetapi juga perang militer dan sebagian besar warga Israel mendukungnya. Mereka merasa bahwa perang itu mungkin untuk dimenangkan, bahwa Hizbullah lemah dan bahwa Israel dapat mencapai beberapa tujuan,” ucap Rapoport.
"Sekarang hasil awal ini, di mana delapan perwira dan tentara Israel tewas segera setelah invasi darat dapat mengingatkan orang-orang di Israel akan trauma invasi Israel sebelumnya ke Lebanon pada tahun 1982 dan tahun 2006,” imbuh Rapoport.
Bentrokan terjadi ketika militer Israel mengatakan bahwa infanteri reguler dan unit lapis baja bergabung dalam operasi darat di Lebanon selatan, didukung oleh angkatan udara dan tembakan artileri, sehari setelah Iran menyerang Israel dengan rentetan rudal balistik.
Pada Rabu sore, Hizbullah mengatakan telah menargetkan unit Israel dengan alat peledak di dekat desa perbatasan selatan Yaroun, beberapa kilometer dari Maroun al-Ras.
"Saat tentara musuh Israel mencoba menyelinap di sekitar desa Yaroun para pejuang (Hizbullah) mengejutkan mereka dengan meledakkan alat peledak," katanya, melaporkan korban Israel.