Ilustrasi ekspor-impor. Foto: Medcom.id
Media Indonesia • 16 February 2024 11:47
Jakarta: Pemerintah didorong lebih aktif dan jeli merumuskan serta mengeluarkan kebijakan perdagangan. Itu penting untuk menjaga dan mempertahankan kondisi surplus dagang yang telah berlangsung selama 45 bulan.
"Harus ada policy di perdagangan agar harga (produk ekspor Indonesia) tidak terlalu jatuh. Nikel, misalnya, kita over produksi dan membuat harga jatuh. Jadi harus dievaluasi ulang kebijakan ekspor nikel kita agar bisa me-mantaince di tingkat dunia," kata ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi, dikutip Jumat, 16 Februari 2024.
Hal tersebut juga perlu diikuti dengan perluasan pasar ekspor. Sebab saat ini negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang tengah mengalami pelemahan perekonomian.
Diversifikasi pasar tujuan ekspor, kata Tauhid, dapat dilakukan ke negara-negara yang minim terdampak dinamika perekonomian dunia. India, Filipina, dan Malaysia dinilai menjadi yang paling potensial untuk dijadikan mitra dagang strategis.
Pemerintah juga dirasa perlu untuk bisa menjaga dan mendorong daya saing produk ekspor Indonesia. Jangan sampai ada industri yang terkapar karena produknya kalah bersaing dengan negara lain.
"Daya saing produk kita juga sudah mulai digantikan negara lain. Produk kayu kalah dengan produk Tiongkok yang berbahan sintetis. Jadi banyak hal dan ini menjadi catatan," tutur Tauhid.
Baca juga: BPS: Nilai Ekspor Januari 2024 Turun Jadi USD20,52 Miliar