Ini Alasan Investor Hati-hati hingga Bikin IHSG Terkoreksi

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Ini Alasan Investor Hati-hati hingga Bikin IHSG Terkoreksi

M Ilham Ramadhan Avisena • 18 March 2025 14:42

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi hingga 6,12 persen ke level 6.076. Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) ketika IHSG telah merosot 5,02 persen ke 6.146.

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan, setidaknya terdapat lima isu yang mendorong pemburukkan IHSG pada hari ini. Isu yang muncul membuat investor berhati-hati.

"Tiga adalah isu lama, yang membuat investor hati-hati, dua lainnya adalah isu baru yang membuat investor takut," kata dia melalui keterangannya, Selasa, 18 Maret 2025.

Tiga isu yang membuat investor berhati-hati ialah hasil APBN Februari 2025 yang buruk dan outlook fiskal yang berat di 2025. Itu diikuti dengan kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas, dan sejumlah isu korupsi besar yang merusak kepercayaan investor.

Sedangkan dua lainnya ialah dinamika terbaru mengenai wacana yang berkembang di publik, yaitu dwi fungsi TNI yang dikhawatirkan menimbulkan protes besar. Kemudian adanya kekhawatiran investor mengenai peringkat kredit Indonesia yang berpotensi turun.

"Maret-April Fitch dan Moody's akan umumkan, Juni-Juli S&P akan umumkan," kata Wijayanto.
 

Baca juga: 

Kekhawatiran Investor Jadi Alasan IHSG Ambruk



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Respons kinerja APBN dan proyeksi ekonomi

Sementara itu Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menilai anjloknya IHSG hari ini merupakan respons pasar terhadap kinerja APBN dan proyeksi pemburukan ke depan.

"Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil. Sehingga saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham," kata dia.

Adapun pendapatan negara diketahui mengalami penurunan hingga 30 persen dan mengakibatkan defisit APBN melebar. Itu mendorong penerbitan utang yang lebih besar dan berdampak pada kondisi rupiah yang kian semakin melemah.

"Hal ini yang berpotensi untuk menyebabkan tingkat suku bunga Bank Indonesia juga akan lebih sulit untuk mengalami penurunan," ujar Nico.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)