Starbucks jual saham mayoritas di Tiongkok. Foto: ilustrasi dok Starbucks.
Ade Hapsari Lestarini • 7 November 2025 18:46
Jakarta: Starbucks mengumumkan akan menjual saham mayoritas di bisnisnya di Tiongkok senilai USD4 miliar atau setara Rp66,76 triliun kepada perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di Hong Kong setelah bertahun-tahun kehilangan pangsa pasar dari pesaing lokal di Tiongkok.
Boyu Capital ambil alih 60 persen saham
Melansir
Al Jazeera, Jumat, 7 November 2025, Starbucks mengumumkan penjualan tersebut pada Senin waktu setempat. Perusahaan Boyu Capital mengambil alih 60 persen saham operasi ritelnya di Tiongkok melalui usaha patungan.
Boyu Capital memiliki kantor di Shanghai, Beijing, dan Singapura, dan salah satu pendirinya termasuk Alvin Jiang, cucu mantan Presiden Tiongkok Jiang Zemin. Raksasa kopi AS ini akan mempertahankan 40 persen sahamnya di Tiongkok sambil tetap mempertahankan kepemilikannya atas merek dan kekayaan intelektual perusahaan.
Kesepakatan ini menandai "babak baru" dalam sejarah Starbucks selama 26 tahun di Tiongkok, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
"Hal ini juga akan memberikan Starbucks suntikan dana dan dukungan logistik yang sangat dibutuhkan seiring upayanya untuk memperluas bisnisnya lebih jauh ke Tiongkok," ujar Direktur Pelaksana CTR Market Research, Jason Yu, yang berbasis di Shanghai.
Alasan Starbucks jual saham di Tiongkok
Starbucks memiliki 8.000 gerai di seluruh Tiongkok, tetapi mereka bercita-cita untuk membuka hingga 20 ribu gerai melalui usaha patungannya, ungkap perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Starbucks dulunya merupakan pelopor kopi di Tiongkok. Mereka mungkin merupakan jaringan kedai
kopi pertama di banyak kota, tetapi hal ini tidak lagi berlaku karena pesaing lokal telah melampaui Starbucks dalam ekspansi mereka,” ujar Yu kepada
Al Jazeera.
Pesaing utama termasuk Luckin Coffee lokal, yang memiliki lebih dari 26 ribu gerai di seluruh dunia, sebagian besar di Tiongkok.
Starbucks secara historis terkonsentrasi di kota-kota lapis pertama dan kedua seperti Shanghai, Beijing, dan Shenzhen. Sementara Luckin telah berekspansi ke kota-kota yang jauh lebih kecil.
Luckin juga telah membangun reputasi dengan menawarkan minuman yang jauh lebih murah kepada pelanggan daripada Starbucks melalui program loyalitas dan diskon dalam aplikasinya.
Starbucks jual saham mayoritas di Tiongkok. Foto: ilustrasi dok Starbucks.
Secangkir kopi Americano kecil di Starbucks harganya 30 yuan (USD4,21 atau Rp70.264). Tetapi di Luckin, minuman yang sama rata-rata dijual seharga sekitar 10 yuan (USD1,40 atau Rp23.366).
Olivia Plotnick, pendiri perusahaan pemasaran sosial Wai Social yang berbasis di Shanghai, mengatakan kepada
Al Jazeera, Starbucks tidak mampu mengimbangi persaingan harga dan preferensi konsumen.
"Antara pemain domestik seperti Luckin dan kemudian Cotti Coffee yang mengalahkan Starbucks dalam hal harga, jejak, dan rasa yang didorong oleh teknologi, persaingan minuman yang lebih luas akibat munculnya merek teh susu, dan perang platform pengiriman, Starbucks telah kehilangan keunggulan mereka yang dulu sangat kompetitif," kata Plotnick.
Yang dimaksud dengan "perang platform pengiriman" adalah persaingan sengit antar aplikasi untuk layanan pengiriman yang menurunkan harga barang seperti kopi.
"Usaha patungan Starbucks dengan Boyu Capital akan menawarkan lebih banyak modal investasi bagi perusahaan, tetapi juga membantu logistik, infrastruktur, dan pengelolaan properti komersial seiring dengan dibukanya lebih banyak gerai di kota-kota regional," ujar Yu.
Dia menambahkan, perusahaan ini mengikuti strategi yang lazim digunakan oleh merek-merek internasional lainnya di Tiongkok.
Gerai fast food juga tumbang
Pada 2016, setelah skandal keamanan pangan yang besar, pemilik KFC dan Pizza Hut, Yum Brands, menjual saham di bisnis mereka di Tiongkok kepada Primavera Capital yang berbasis di Tiongkok dan afiliasi dari raksasa
e-commerce Alibaba Group, menurut Reuters. Bisnis di Tiongkok tersebut kemudian dipisahkan menjadi entitas independen.
Pada 2017, McDonald's menjual saham mayoritas di bisnisnya di Tiongkok, Hong Kong, dan Makau kepada konglomerat yang didukung negara Tiongkok, CITIC, dan grup ekuitas swasta Carlyle Capital, meskipun kemudian membeli kembali sebagian bisnisnya, menurut CNBC International.
Setelah kesepakatan dengan CITIC, McDonald's menggandakan gerainya di Tiongkok menjadi 5.500 pada akhir 2023, kata CNBC, dan bertujuan untuk membuka 10 ribu restoran pada 2028.