#OnThisDay: Lahirnya Maestro Lapangan Hijau Sang Kapten Sejati Kota Turin Alessandro Del Piero

Legenda sepak bola Italia dan Juventus Alessandro Del Piero. Sumber: Instagram @seriea

#OnThisDay: Lahirnya Maestro Lapangan Hijau Sang Kapten Sejati Kota Turin Alessandro Del Piero

Whisnu Mardiansyah • 9 November 2025 10:34

Jakarta: Dari ratusan bintang sepak bola Italia, nama-nama besar silih berganti. Namun, hanya sedikit yang bersinar dengan nama yang abadi seperti Alessandro Del Piero. Ia bukan sekadar atlet dengan koleksi trofi, melainkan sebuah ikon kesetiaan sejati. Del Piero adalah perwujudan kesetiaan, kerendahan hati, dan cinta tak bersyarat pada satu bendera Si Nyonya Tua Juventus.

Perjalanannya dimulai di Conegliano, Veneto. Lahir pada 9 November 1974, Del Piero kecil tumbuh dalam lingkungan keluarga sederhana. Bola menjadi sahabatnya, menemani hari-harinya lebih sering daripada buku pelajaran. Sebuah bakat mentah mulai terasah di lapangan-lapangan tanah.

Bakat Permata dari Veneto

Bakat alam Del Piero tidak lama tersembunyi. Ia bergabung dengan klub lokal San Vendemiano, di mana keahliannya segera menarik perhatian. Calcio Padova, klub Serie B, menjadi batu loncatan profesionalnya yang pertama pada usia 16 tahun. Di Padova, gaya bermainnya yang khas mulai terbentuk elegan, cerdas, dan mematikan. Dribel halus, penguasaan bola luar biasa, dan tendangan akurat dengan kaki kanannya membuatnya mencolok.

Hanya dalam dua musim, klub-klub raksasa Italia memburu tanda tangannya. Musim panas 1993 menjadi momen penentu. Juventus mengulurkan tangan menjadi babak baru dalam hidup pemuda 18 tahun itu pun dimulai.

Saat tiba di Turin, Del Piero hanyalah seorang remaja dengan segudang potensi. Di bawah bimbingan visioner pelatih Marcello Lippi, potensi itu dengan cepat berubah menjadi prestasi gemilang. Del Piero melakukan debut pada 12 September 1993 melawan Foggia. Satu pekan kemudian, ia menceploskan gol pertamanya.

Musim 1994–1995 menjadi titik balik. Juventus meraih Scudetto, dan Del Piero mulai diakui sebagai bintang masa depan sepak bola Italia. Saat Roberto Baggio, sang nomor 10 saat itu, mengalami cedera, Del Piero mengambil alih peran tersebut dengan keyakinan tinggi. Dari sinilah, legenda "Gol Del Piero" lahir sebuah tembakan melengkung nan indah dari sisi kiri area penalti yang terus menerus menyambar gawang lawan.

Naik Tahta: Sang Nomor 10 dan Eropa di Genggamannya

Mengenakan nomor punggung 10 Juventus adalah sebuah amanah berat. Nomor itu mewakili kreativitas, kepemimpinan, dan jiwa tim. Setelah kepergian Baggio, jersey keramat itu disematkan pada Del Piero. Ia tidak hanya memenuhi harapan, tetapi melampauinya.

Bersama Lippi, Del Piero menjadi motor tim yang menaklukkan Eropa. Juventus mengangkat trofi Liga Champions pada 1995–1996 setelah mengalahkan Ajax Amsterdam lewat drama adu penalti. Mereka menyempurnakan tahun itu dengan menjuarai Piala Interkontinental di Tokyo. Selama 19 musim, Del Piero mengumpulkan enam gelar Serie A, satu Piala Champions, satu Piala Interkontinental, empat Supercoppa Italiana, dan satu Coppa Italia.

Sang kapten itu mengoleksi 705 penampilan dan 290 gol. Ia adalah pencetak gol dan pemain dengan penampilan terbanyak sepanjang sejarah Juventus. Sebuah bukti konsistensi dan kualitas di puncak kompetisi paling ketat.

Sepak bola Del Piero adalah seni. Setiap kali ia membawa bola ke sisi kiri area penalti lawan, seluruh stadion menahan napas. Ia akan berhenti sejenak, mengatur posisi, dan melepaskan tendangan melengkung yang hampir mustahil dihalau. Sudut itu kemudian dikenal sebagai "Zona Del Piero" sebuah istilah yang diciptakan jurnalis olahraga Italia untuk menggambarkan keahliannya yang hampir supernatural.

Ia bukan pemain yang mengandalkan fisik atau kecepatan. Kekuatannya terletak pada kecerdasan, visi, dan teknis sempurna. Tendangan bebasnya sering berbuah gol, sementara umpan-umpannya membongkar pertahanan lawan. Di luar lapangan, ia menjaga image sebagai sosok yang santun dan bebas skandal. Dalam dunia yang keras, Del Piero hadir sebagai seorang "seniman".

Ujian Kesetiaan: Cedera, Skandal, dan Serie B

Jalan menuju puncak tidak selalu mulus. Pada 1998, cedera ligamen lutut yang parah mengancam kariernya. Proses rehabilitasi yang panjang dan melelahkan harus dijalaninya. Ia bangkit dengan mental lebih kuat, membuktikan ketangguhannya.

Cobaan terberat datang pada 2006. Skandal Calciopoli mengguncang fondasi sepak bola Italia. Juventus, sebagai pihak yang dianggap paling bersalah, dihukum degradasi ke Serie B. Bencana itu memicu eksodus massal bintang-bintang seperti Zlatan Ibrahimovi? dan Fabio Cannavaro. Namun, satu orang memilih bertahan: Alessandro Del Piero.

Bukan hanya bertahan, ia mengambil ban kapten dan memimpin Juventus dengan jiwa besar. Ia menjadi top scorer tim dan membawa "Si Nyonya Tua" kembali ke Serie A dengan segera. Sebuah tindakan yang mengukuhkannya bukan hanya sebagai pemain bintang, melainkan sebagai jiwa klub.

"Kesetiaan bukan tentang menang, tapi tentang bertahan di saat sulit," ujarnya dalam sebuah wawancara yang dikutip La Gazzetta dello Sport, Sabtu, 16 Juni 2007. Pernyataan itu menjadi mantra bagi para pendukung dan bukti cintanya pada Juventus.

Mahkota Tertinggi: Piala Dunia 2006

Di kancah internasional, Del Piero membela Italia dengan 91 caps dan 27 gol. Ia mengalami getir manis, seperti kekalahan di final Euro 2000. Namun, puncaknya datang di Piala Dunia 2006 di Jerman.

Pada semifinal melawan tuan rumah Jerman di Dortmund, ia masuk di babak kedua. Di penghujung pertandingan, ia mencetak gol penyelemat yang memastikan kemenangan Italia 2-0. Di final melawan Prancis, ia menjadi eksekutor penalti dan mencetak gol. Saat tendangan David Trezeguet membentur mistar, Italia menjadi juara dunia untuk keempat kalinya. Senyum lega dan bahagia Del Piero di tengah hujan kmenjadi penutup sempurna perjalanannya bersama Gli Azzurri.

Musim 2011–2012 adalah babak terakhirnya. Ia membantu Juventus meraih Scudetto dengan catatan tak terkalahkan. Pada 13 Mei 2012, di Stadion Juventus, sebuah pagi yang mengharukan terjadi. Ribuan suporter memberikan standing ovation, menyanyikan namanya, dan menitikkan air mata. Del Piero menunduk, menepuk lambang Juventus di dadanya untuk terakhir kalinya, lalu meninggalkan lapangan sebagai legenda hidup.


Alessandro Del Piero saat mencium trofi Piala Dunia 2006. Sumber: Instagram @fifaworldcup

Kariernya tidak berhenti. Ia melanjutkan petualangan ke Sydney FC (Australia) dan Delhi Dynamos (India), menjadi duta besar sepak bola dan membawa kegembiraan bagi fans di benua baru. Setelah gantung sepatu pada 2014, Del Piero tetap dekat dengan sepak bola. Ia mendirikan akademi untuk anak-anak, menjadi analis televisi, dan mengembangkan bisnis. Namun, bagi dunia, ia tetap "Il Capitano".

Setiap laga Juventus di Allianz Stadium, gema nyanyian dari Curva Sud masih terdengar:
“C’è solo un Capitano… Del Piero!” (Hanya ada satu kapten, Del Piero)"

Warisan Alessandro Del Piero tidak terukur dengan angka. Ia adalah pengingat bahwa dalam sepak bola modern yang serba pragmatis, nilai-nilai seperti kesetiaan, kerendahan hati, dan cinta pada sebuah klub masih memiliki tempat. Ia adalah bukti bahwa menjadi legenda ditentukan oleh sikap dan dedikasi, sama besarnya dengan gol dan trofi. Dari seorang bocah desa di Conegliano, ia menjadi jiwa abadi Juventus dan kebanggaan Italia selamanya.


*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)