Airlangga Sebut Keikutsertaan RI Punya Peran Strategis di BRICS

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Dok Kemenko Perekonomian

Airlangga Sebut Keikutsertaan RI Punya Peran Strategis di BRICS

Eko Nordiansyah • 8 July 2025 11:45

Rio de Janeiro: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam BRICS memiliki peran strategis yang cukup signifikan. Ini disampaikan Airlangga saat mendampingi Presiden Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Brasil.

Sebelum mengalami perluasan keanggotaan, BRICS memiliki representasi sekitar 34 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) global dengan nilai sebesar USD28 triliun. Setelah bergabungnya Indonesia bersama negara-negara anggota baru lainnya, BRICS kini telah mencakup 40 persen dari PDB dunia dan merepresentasikan sekitar 56 persen populasi global.

"Jadi ini ekonominya terus bertambah, dan kalau kita lihat berdasarkan purchasing power parity, ini juga BRICS itu sudah lebih tinggi daripada G7. Jadi ini yang mendorong BRICS menjadi bagian daripada Global South dan diharapkan bisa menyuarakan Global South di forum internasional," kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Juli 2025.

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan Presiden Prabowo juga menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mendukung perdamaian dunia melalui pendekatan multilateralisme serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip hukum internasional.

Presiden Prabowo juga menyatakan penolakan terhadap perang dan penggunaan standar ganda dalam tatanan global, serta mendorong reformasi sistem multilateral dan peningkatan keterwakilan negara-negara Global South dalam tata kelola global, khususnya pada institusi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Bapak Presiden sejalan dengan hampir dari seluruh peserta mendorong reformasi multilateral dan keterwakilan Global South dalam tata kelola global, khususnya dalam institusi seperti PBB dan didorong agar kepemimpinan BRICS dapat mendorong kepemimpinan multilateral yang lebih adil,” ucap Airlangga.
 

Baca juga: 

Tok! Indonesia Kena Tarif Trump 32%, Berlaku 1 Agustus



(Presiden Prabowo Subianto menghadiri KTT BRICS 2025, di Rio de Janeiro, Brasil. Foto: Biro Pers Sekrtariat Presiden)

BRICS dorong multilateralisme dan reformasi global

Selanjutnya, Presiden Prabowo menyampaikan harapan agar kepemimpinan BRICS dapat menjadi katalis dalam menciptakan multilateralisme yang lebih adil. Selain itu, Presiden Prabowo juga menegaskan dukungan terhadap Palestina dan secara khusus mengangkat pentingnya Bandung Spirit untuk dapat dilanjutkan dalam forum BRICS tersebut.

“Bapak Presiden menegaskan hubungan terhadap Palestina dan secara khusus untuk mengingatkan Bandung Spirit agar bisa dibawa dalam forum, dilanjutkan dalam forum BRICS tersebut,” lanjut Airlangga.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menekankan bahwa Presiden Prabowo menyoroti urgensi untuk menghidupkan kembali multilateralisme di tengah konstelasi global yang semakin multipolar. Presiden Prabowo turut mendorong peningkatan kerja sama ekonomi diantara negara-negara Global South serta optimalisasi pemanfaatan peran New Development Bank (NDB).

“Kita tahu dilaporkan tadi dalam New Development Bank itu ada beberapa proyek yang sedang ditangani, antara lain clean energy project, kemudian infrastruktur, kemudian juga beberapa proyek yang terkait dengan sustainability dan green. Saat sekarang ditangani 120 proyek dan nilainya sekitar USD39 miliar,” ujar Airlangga.

Di samping itu, Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi secara aktif dalam NDB tersebut. Keterlibatan dalam NDB dinilai strategis guna membuka akses pembiayaan pembangunan yang mendukung agenda transformasi hijau dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pertemuan tingkat tinggi BRICS tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan strategis yang tertuang dalam Leaders’ Declaration, yakni komitmen untuk memperkuat multilateralisme dan mendorong reformasi tata kelola global, promosi perdamaian dan keamanan internasional, stabilitas global.

Selain itu, ada kesepakatan terkait pendalaman kerja sama ekonomi, perdagangan, dan keuangan internasional, perubahan iklim dan pengembangan pembangunan berkelanjutan yang adil dan inklusif, serta penguatan kemitraan untuk memajukan pembangunan manusia, sosial, dan budaya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)