Kantor WHO. Foto: Xinhua/Liu Qu.
Husen Miftahudin • 22 January 2025 17:42
Jakarta: Dunia dikejutkan dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pascapelantikan, terkait dengan perintah untuk memulai proses penarikan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
Dalam perintahnya, Trump menginginkan keluar karena kesalahan penanganan WHO terhadap pandemi covid-19 yang muncul dari Wuhan, Tiongkok, dan krisis kesehatan global lainnya.
Selain itu, alasan lainnya adalah kegagalan untuk mengadopsi reformasi dan ketidakmampuannya untuk menunjukkan independensi dari pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota WHO.
Adapun, WHO berdiri teguh sebagai otoritas pengarah dan koordinator kesehatan masyarakat global, bernaung di bawah sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Didirikan pada 7 April 1948, lebih dari 7.000 staf WHO di seluruh dunia, tersebar di tingkat global, regional, dan nasional, bahu-membahu dengan pemerintah 194 negara anggota dan mitra-mitra lainnya untuk mewujudkan visi tersebut.
Kantor Regional Asia Tenggara (SEARO) WHO, berlokasi di New Delhi, India, menaungi 11 negara, termasuk Indonesia. Indonesia secara sukarela bergabung dengan klasifikasi kawasan Asia Tenggara ketika bergabung dengan WHO pada 23 Mei 1950.
Di Indonesia, WHO aktif berkolaborasi dalam berbagai kegiatan pembangunan kesehatan. Sebagai negara berpenduduk terbanyak keempat dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 270 juta penduduk yang tersebar di 17 ribu pulau dengan kontur geografis yang kaya.
Lima kategori kolaborasi WHO-Indonesia
Melansir laman WHO, kolaborasi antara Kantor Perwakilan WHO untuk Indonesia (WHO Indonesia) dan Pemerintah Indonesia, terutama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), difokuskan pada lima kategori utama:
1. Penyakit menular dan penyakit tidak menular
Mendorong upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV/AIDS, malaria, dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. WHO juga terlibat dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes.
2. Promosi kesehatan di sepanjang tahapan kehidupan
Melalui program-program edukasi dan kampanye, WHO mendorong gaya hidup sehat bagi semua kelompok umur, dari bayi hingga lansia.
3. Pengembangan sistem kesehatan
WHO memberikan dukungan teknis untuk meningkatkan kualitas sistem kesehatan di Indonesia, termasuk dalam hal kebijakan, infrastruktur, dan sumber daya manusia.
4. Kesiapan, surveilans, dan penanggulangan
WHO membantu Indonesia dalam memperkuat sistem surveilans kesehatan dan membangun kapasitas penanggulangan bencana dan keadaan darurat kesehatan.
(Layanan kesehatan dari WHO. Foto: Xinhua/Allan Mutiso)
Peran vital capai kesehatan semesta
Salah satu misi utama WHO adalah mendukung negara-negara anggota untuk mencapai cakupan kesehatan semesta (Universal Health Coverage/UHC).
Di Indonesia, WHO mendukung program asuransi kesehatan nasional, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang diluncurkan pada 1 Januari 2014. Upaya ini bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia dapat mengakses layanan
kesehatan berkualitas tinggi tanpa terbebani biaya.
WHO adalah organisasi vital yang memainkan peran kunci dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat global.
Dengan komitmen yang kuat terhadap hak asasi manusia, kesemestaan, dan kesetaraan, WHO terus bekerja keras untuk mencapai visi pendiriannya di mana semua orang mencapai standar kesehatan dan kesejahteraan setinggi mungkin. (Laura Oktaviani Sibarani)