Ilustrasi masyarakat didorong agar lebih terlibat dalam mengelola sampah secara mandiri di tingkat komunitas. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 16 September 2025 10:44
Jakarta: Warga Cimahi, Jawa Barat, didorong agar lebih terlibat dalam mengelola sampah secara mandiri di tingkat komunitas. Upaya dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah harian di lahan tempat pemrosesan akhir (TPA).
Salah satu contohnya warga di RT 03 RW 10, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara. Warga tak hanya diajak memilah, tetapi juga memproses sebagian sampahnya langsung di lingkungan tempat tinggal.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM) yang dijalankan dalam kerangka Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP). Program ini menargetkan perubahan perilaku warga agar mulai memilah dan mengelola sampah dari rumah, sehingga beban ke TPA bisa berkurang drastis.
Sebelum pendampingan dimulai, hanya sekitar 30 persen dari 132 Kepala Keluarga (KK) di RW tersebut yang rutin memilah sampah. Berkat edukasi dari kader lingkungan, pengorganisasian oleh RT, dan sosialisasi intensif, kini lebih dari 82 persen KK sudah memilah sampah secara mandiri.
“Atas nama Pemerintah Kota Cimahi, kami mengucapkan terima kasih dan menyambut baik program PPAM ISWMP yang telah menjadikan Kelurahan Cipageran sebagai pilot project pengelolaan sampah, khususnya di RW 10 dan RW 14,” ujar Lurah Cipageran, Asep Hendrayana, dalam keterangannya, Selasa, 16 September 2025.
Baca Juga:
Gotong Royong Warga dan Pemerintah Ubah Jakarta Jadi Kota Hijau, Bergaung hingga Forum Internasional |
Dia berharap dengan adanya proyek percontohan ini, semangat dan pengetahuan warga dalam memilah dan mengelola sampah dari sumbernya dapat meningkat. Dengan begitu, Cipageran dapat menjadi kelurahan zero waste.
Di tengah tantangan volume sampah yang terus meningkat dan keterbatasan lahan TPA, pemerintah kota menerapkan strategi berlapis berupa edukasi komunitas, penegakan kebijakan, serta penyediaan fasilitas pengolahan yang memadai. Upaya ini dinilai telah menekan timbulan sampah harian yang semula mencapai 120 ton menjadi 90 ton.
Penurunan ini bukan semata hasil intervensi teknis, tetapi buah dari pendekatan dua arah. Di satu sisi, kesadaran masyarakat dibangun secara konsisten melalui sosialisasi, kampanye pilah sampah dari rumah, dan pemberdayaan komunitas lokal. Di sisi lain, pemerintah memperkuat sarana pengolahan sampah.
Kota Cimahi juga menerapkan kebijakan penjadwalan pengangkutan sampah yang efektif, sehingga warga terdorong untuk memilah sampah dari sumber. Dengan jadwal angkut tertentu untuk sampah organik dan anorganik, beban TPA dapat dikurangi secara signifikan. Kebijakan ini tidak hanya mengoptimalkan operasional, tetapi juga mendorong terbentuknya kebiasaan baru di masyarakat.