Gotong Royong Warga dan Pemerintah Ubah Jakarta Jadi Kota Hijau, Bergaung hingga Forum Internasional

Guna mengatasi permasalahan sampah, Pemprov DKI Jakarta menjalankan berbagai program, di antaranya bank sampah, membangun TPS3R dan RDF Plant Rorotan (Foto:Dok.Pemprov DKI)

Gotong Royong Warga dan Pemerintah Ubah Jakarta Jadi Kota Hijau, Bergaung hingga Forum Internasional

Rosa Anggreati • 15 September 2025 17:15

Jakarta: Di tengah riuh lalu lintas dan padatnya aktivitas Ibu Kota, ada denyut baru yang tumbuh di sudut-sudut Jakarta: warga semakin sadar pentingnya menjaga lingkungan. Tak hanya mengandalkan petugas kebersihan, kini komunitas RT/RW, kelompok ibu rumah tangga, hingga anak muda turun tangan langsung lewat inisiatif diet plastik, gerakan tolak sedotan sekali pakai, hingga mendirikan bank sampah.

Fenomena ini menjawab tantangan besar Jakarta akan sampah yang menumpuk. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, timbulan sampah mencapai sekitar 8.000 ton per hari, atau setara 3,11 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 26 persennya berhasil dikurangi melalui pemilahan rumah tangga, daur ulang, dan bank sampah. Namun angka itu masih berarti jutaan ton lainnya perlu ditangani setiap tahun.


Bank Sampah Tumbuh Pesat


Di tingkat komunitas, bank sampah menjadi motor gerakan lingkungan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan pembentukan 870 bank sampah baru, dan reaktivasi 852 unit yang sempat tidak aktif.

Jakarta Pusat menjadi contoh nyata. Dari total 386 RW, seluruhnya kini telah memiliki bank sampah, bahkan ada RW yang memiliki lebih dari satu unit. Total terdapat 413 bank sampah RW di wilayah ini, dengan 10.161 warga tercatat sebagai nasabah aktif.

“Dengan mengedepankan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta penguatan peran Bank Sampah, kita mendorong masyarakat untuk lebih peduli dalam memilah dan mengelola sampah sebelum sampai ke TPA. Upaya ini juga akan mengurangi beban TPST Bantargebang serta mendukung Jakarta menuju kota yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno alias Bang Doel, Maret 2025.
 
Bang Doel melanjutkan selain mendukung aspek lingkungan melalui bank sampah, pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular juga diharapkan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat serta mendukung target zero waste pada 2050. 
 
“Dalam menyongsong 500 tahun Kota Jakarta, kami mengharapkan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, sekaligus menjadi budaya dan gaya hidup di masyarakat. Hal tersebut yang menjadi salah satu modal utama dalam membawa Jakarta terus berkembang menjadi simbol kemajuan kota global,” ucap Bang Doel.


Rumah Memilah, Langkah Kecil yang Penting


Gerakan memilah sampah dari rumah juga mulai menunjukkan hasil. Data program Bank Pengelolaan Sampah Rukun Warga (BPS-RW) mencatat dari 1,52 juta rumah yang masuk wilayah cakupan, sudah ada 206 ribu rumah (sekitar 13,6 persen) yang rutin memilah sampahnya.

Meski belum dominan, angka ini menunjukkan tren positif mengenai mulai terbentuknya kesadaran warga, meski masih butuh dorongan lebih besar agar mayoritas rumah tangga ikut terlibat.
 
Baca juga: 

JAKI Perkuat Layanan, Petugas Lapangan Sigap Tangani Aduan Warga

 


Infrastruktur Baru: TPS3R dan Rencana PLTSa


Selain bank sampah, Pemprov DKI juga memperkuat fasilitas pengolahan. Tahun ini terdapat empat TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) baru diresmikan. Salah satunya di Semper, Jakarta Utara, dengan kapasitas 25 ton per hari. Total empat TPS3R ini mampu mengolah sekitar 515 ton sampah per hari.

Selain itu pemerintah juga merancang pembangunan lima kawasan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) untuk mengurangi ketergantungan pada TPST Bantargebang yang kapasitasnya kian kritis.

PLTSa adalah fasilitas yang memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik melalui proses termal, yaitu membakar sampah untuk menghasilkan panas yang memanaskan uap, lalu uap tersebut menggerakkan turbin yang terhubung ke generator listrik. Teknologi ini berfungsi untuk mengurangi volume sampah sekaligus menghasilkan listrik, menjadikannya solusi pengolahan sampah menjadi energi yang diusulkan untuk diterapkan di kota-kota besar di Indonesia.


Fasilitas Pengolahan Sampah RDF Plant Rorotan, Salah Satu yang Terbesar di Dunia


Pemprov DKI Jakarta membangun fasilitas pengolahan sampah Refuse-Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, di Jakarta Utara. RDF Plant Rorotan tercatat sebagai fasilitas pengolahan sampah RDF terbesar di dunia berdasarkan kapasitas pengelolahan sampahnya dan tercepat dalam pembangunannya. 

RDF Plant Rorotan memiliki kapasitas pengolahan sampah mencapai 2.500 ton per hari. serta akan menghasilkan produk berupa RDF atau bahan bakar alternatif sebanyak 875 ton/hari. Lebih besar dibandingkan fasilitas pengolahan sampah RDF terbesar di dunia saat ini yang berada di Tel Aviv, Israel, dengan kapasitas 1.500 ton per hari. 

RDF Plant Rorotan menjadi contoh dalam pengelolaan sampah berkelanjutan. RDF Plant Rorotan membantu mengurangi dampak lingkungan, dan menghasilkan bahan bakar alternatif yang dapat dimanfaatkan oleh industri semen dan pembangkit listrik. 

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menargetkan RDF Plant Rorotan akan mulai diuji coba atau memasuki tahap commissioning pada 18 September 2025. Kehadiran RDF Plant Rorotan ini menjadi pencapaian monumental Indonesia dalam solusi pengelolaan sampah global.
 
Baca juga: 

Jakarta Kondusif: Keamanan Terjaga, Kepercayaan Pulih

 


Jakarta Jadi Tuan Rumah Event Lingkungan Internasional


Langkah Jakarta menuju kota berkelanjutan semakin diperkuat dengan perannya sebagai tuan rumah ajang internasional. Jakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan acara Partnerships in Environmental Management for The Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Governments (PNLG) pada 16-18 September 2025.

Acara yang mengusung tema “Towards a Sustainable and Inclusive Blue Economy: Linking Climate, Nature and Energy” ini digelar sebagai wujud komitmen menjaga kelestarian laut dan pesisir, sekaligus mendukung target Strategi Pembangunan Berkelanjutan untuk Laut Asia Timur (SDS-SEA).

Bagi Jakarta, menjadi tuan rumah forum berskala global ini menjadi bukti ketangguhan dan semangat kolaboratif warga serta pemerintah. 


Menjaga Lingkungan, Menjaga Masa Depan


Meski banyak tantangan, gerakan lingkungan berbasis warga ini memberi harapan. Setiap botol plastik yang tidak lagi mengalir ke kali, setiap kantong kain yang menggantikan plastik sekali pakai, adalah kontribusi nyata untuk kota.

Dengan inisiatif warga, program pemerintah, hingga ajang internasional PNLG 2025, Jakarta sedang bergerak. Dari rumah ke RW, dari bank sampah ke TPS3R, dari kebijakan ke panggung dunia, langkah-langkah kecil ini menyusun mimpi besar, yaitu menjadikan Ibu Kota bukan hanya pusat bisnis, tetapi juga kota berkelanjutan yang layak diwariskan kepada generasi berikutnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Rosa Anggreati)