Presiden Luiz Inacio Lula da Silva. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 30 May 2025 13:10
Brasilia: Setidaknya dua federasi serikat buruh migas terbesar di Brasil mendesak Presiden Luiz Inacio Lula da Silva untuk segera memberlakukan embargo energi terhadap Israel. Ini sebagai bentuk aksi nyata atas dugaan genosida di Gaza.
Dalam surat bersama yang dikirimkan pada Rabu 28 Mei 2025, National Federation of Oil Workers (FNP) dan Single Federation of Oil Workers (FUP) menyerukan penghentian ekspor minyak ke Israel serta pembatalan kerja sama energi dengan perusahaan-perusahaan Israel.
Mereka menegaskan bahwa Brasil memiliki kewajiban hukum internasional untuk mencegah berlanjutnya tragedi kemanusiaan di Gaza, yang mereka sebut sebagai “Nakba yang terus berlangsung” merujuk pada peristiwa pengusiran massal warga Palestina tahun 1948 saat pendirian Israel.
Surat tersebut mengungkap bahwa pada 2024 saja, Brasil telah mengekspor 2,7 juta barel minyak mentah ke Israel, yang diyakini menjadi sumber utama bahan bakar militer negara tersebut. Para buruh menilai Brasil memiliki tanggung jawab global untuk tidak turut andil dalam kejahatan perang.
Federasi buruh juga merujuk pada langkah serupa oleh Kolombia, yang telah menghentikan ekspor batu bara ke Israel, serta kampanye global seperti #BlockTheBoat, di mana pekerja pelabuhan menolak mengangkut kargo militer menuju Israel.
“Brasil harus melampaui retorika publik dan memastikan bahwa kebijakan ekonominya sejalan dengan komitmen etis dan hukum terhadap hak asasi manusia,” tulis para penandatangan, seperti dikutip Middle East Eye, Jumat 30 Mei 2025.
Selain embargo minyak, mereka mendesak pemerintah agar menangguhkan proyek energi bersama perusahaan Israel, mendukung sanksi yang dipimpin PBB terhadap Israel, memperkuat peran Brasil dalam mendorong akuntabilitas internasional.
Lula dan Sikap Tegas terhadap Israel
Presiden Lula sebelumnya menuduh Israel melakukan genosida di Gaza dalam pidatonya di Ethiopia pada Februari. Ia menyatakan bahwa perang tersebut bukan konflik militer biasa, melainkan pembantaian terhadap warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak.
“Apa yang terjadi di Jalur Gaza belum pernah terjadi dalam sejarah kecuali saat Hitler memutuskan membunuh orang Yahudi,” kata Lula saat itu.
Pernyataan tersebut memicu kecaman diplomatik dari Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebutnya “memalukan dan serius”, sementara Menteri Luar Negeri Israel Katz menyatakan Lula sebagai persona non grata hingga ia mencabut ucapannya. Namun, Lula menolak menarik pernyataan itu dan bahkan menarik duta besar Brasil dari Israel.
Survei menunjukkan bahwa popularitas Lula sempat menurun dari 54% menjadi 51% setelah pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Lula juga telah mendukung gugatan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan genosida oleh Israel. ICJ memutuskan bahwa “genosida yang masuk akal” memang terjadi di Gaza.
(Muhammad Reyhansyah)