Eks Kepala BMKG Sebut Retakan Tapal Kuda sebagai Tanda Awal Longsor

Longsor mengubur dua belas rumah di Dusun Tarukahan, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada Jumat (14/11). Dokumentasi: BPBD Kabupaten Cilacap

Eks Kepala BMKG Sebut Retakan Tapal Kuda sebagai Tanda Awal Longsor

Ahmad Rofahan • 15 November 2025 13:50

Cilacap: Tragedi longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, kembali mengingatkan pentingnya mengenali gejala awal bencana. Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dwikorita Karnawati, memperingatkan bahwa retakan tanah berbentuk lengkung menyerupai tapal kuda merupakan sinyal paling dini bahwa lereng sedang memasuki fase kritis.

Longsor yang terjadi pada Jumat, 14 November 2025, menimbun sejumlah rumah warga hingga menyebabkan penurunan tanah mencapai dua meter dan membentuk retakan selebar 25 meter. Belasan warga masih dinyatakan hilang dan tim SAR terus melakukan pencarian di tengah ancaman longsor susulan.

“Retakan tapal kuda terbentuk pada batas antara lereng stabil dan bagian yang mulai bergeser. Begitu retakan ini muncul, risiko longsor meningkat signifikan,” ujar Dwikorita, Sabtu, 15 November 2025.

Baca Juga :

Menurut Kepala BMKG periode 2017–2025 itu, berbeda dengan gempa atau tsunami yang terjadi secara tiba-tiba, longsor umumnya diawali tanda yang bisa diamati dengan jelas. Karena itu, peran kewaspadaan warga dan aparat tingkat desa sangat menentukan keselamatan.

Ia menegaskan, setiap kemunculan retakan tapal kuda harus segera ditindaklanjuti. Aktivitas warga di bawah lereng wajib dihentikan, terutama ketika hujan turun terus-menerus.

“Warga harus berpindah ke lahan datar dengan jarak aman minimal dua kali tinggi lereng,” kata Dwikorita.

Saat cuaca cerah, retakan perlu segera ditutup menggunakan tanah lempung atau material kedap air untuk mencegah air meresap dan memperparah pergeseran massa tanah. Air hujan disebut sebagai faktor terbesar yang memicu kegagalan lereng.

Selain retakan, sejumlah tanda lain yang patut diwaspadai yakni lereng yang tampak menggembung, tanah yang mulai ambles, retakan pada dinding bangunan, hingga pintu atau jendela rumah yang tiba-tiba sulit ditutup. Bahkan jatuhan tanah atau kerikil dari arah lereng, apalagi disertai suara gemuruh, merupakan tanda bahaya yang mengharuskan warga segera menjauhi lokasi.

Dwikorita mengingatkan, kewaspadaan berlapis perlu diterapkan di lokasi pencarian korban karena curah hujan tinggi masih berpotensi memicu longsor susulan.

“Pengamatan dini dan respons cepat adalah kunci untuk mencegah jatuhnya korban baru,” tegas Dwikorita.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Lukman Diah Sari)