Sebanyak 1,9 Juta KPM Dicoret dari Daftar Penerima Bansos

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Sebanyak 1,9 Juta KPM Dicoret dari Daftar Penerima Bansos

Media Indonesia • 25 September 2025 15:54

Bandung: Sebanyak 1,9 juta keluarga penerima manfaat (KPM) resmi dicoret dari daftar penyaluran bantuan sosial (bansos) 2025. Mereka dicoret karena dinilai telah mampu secara ekonomi dan tidak lagi memenuhi kriteria.

Menteri Sosial, Syaifullah Yusuf, mengatakan terdapat sekitar 600 ribu penerima lainnya yang bermasalah karena terindikasi kuat melakukan penipuan, termasuk dengan mengaku-ngaku sebagai anggota TNI/Polri, hingga dokter untuk mengambil keuntungan pribadi.

Syaifullah menjelaskan langkah tegas ini merupakan bagian dari revolusi data yang diamanatkan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2025. Menurutnya, era penyaluran bansos yang abu-abu telah berakhir dan kini digantikan dengan sistem yang transparan, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan.

?"Kita tidak main-main. Setelah seluruh data dari kementerian dan daerah dikonsolidasikan oleh BPS, kami melakukan verifikasi dan validasi langsung ke lapangan," kata Syaifullah di Bandung, Kamis, 25 September 2025.
 

Baca: Cara Cek Bansos PKH BPNT
 
Syaifullah menjelaskan hasil verifikasi tersebut, dari 12 juta rumah yang didatangi pendamping, ditemukan lebih dari 1,9 juta penerima yang sudah naik kelas atau tidak lagi berhak. Tak sampai di situ, Kementerian Sosial menyerahkan lebih dari 30 juta nomor induk kependudukan (NIK) penerima bansos kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

"Hasilnya ditemukan sekitar 600 ribu NIK terindikasi menyalahgunakan dana bansos. Data ini sedang kami dalami, dan bagi mereka yang terbukti melanggar, bansosnya akan kami hentikan seketika. Tidak ada toleransi bagi penyelewengan," jelas Syaifullah.

?Meski melakukan pengetatan, dia memastikan masyarakat yang benar-benar membutuhkan tidak akan kehilangan haknya. Pintu reaktivasi dibuka lebar melalui berbagai jalur, mulai dari desa/kelurahan, aplikasi SIGNG, pendamping Kemensos, hingga Dinas Sosial setempat.

?Digitalisasi dan Kontrol Publik

?Untuk mencegah masalah serupa terulang, Kemensos bekerja sama dengan Dewan Ekonomi Nasional melalui Komite Transformasi Digital untuk membangun sistem penyaluran bansos yang modern. Sistem ini memungkinkan partisipasi aktif masyarakat untuk memberikan usulan maupun sanggahan terhadap calon penerima bansos.

?"Uji coba sudah kami lakukan di dua desa di Banyuwangi dan hasilnya luar biasa. Partisipasi masyarakat sangat tinggi. Ini menciptakan mekanisme check and balance alami, di mana warga bisa saling mengawasi dan mengingatkan siapa yang layak dan tidak layak menerima," ucap Syaifullah.

?Seiring dengan itu, pemerintah tengah menyiapkan Kartu Kesejahteraan Sosial yang akan mengintegrasikan seluruh jenis bantuan, mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sembako, hingga Kartu Indonesia Pintar (KIP). Dengan kartu tunggal ini, transparansi akan terjaga dan publik bisa memantau aliran bantuan.

?"Sesuai arahan Presiden, jumlah bansos tidak akan dikurangi, tetapi dialihkan kepada mereka yang jauh lebih berhak. Perhatian khusus diberikan ke berbagai daerah seperti Bandung, Cirebon, Sumedang, Bogor, Cimahi, dan Bekasi," ungkap Syaifullah.

Menteri Sosial Syaifullah Yusuf (kanan) bersama mantan menteri pendidikan, M. Nuh, di Bandung, Kamis, 25 September 2025. Media Indonesia/ Bayu Anggoro

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)