Latihan gabungan Filipina dan India ini diperkirakan memicu kemarahan Tiongkok. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 5 August 2025 17:16
Manila: Filipina dan India menggelar latihan pelayaran bersama dan latihan militer laut pertama mereka di perairan Laut China Selatan yang masih menjadi wilayah sengketa.
Latihan gabungan yang berlangsung selama dua hari dan dimulai pada Minggu ini diperkirakan memicu kemarahan Tiongkok, yang mengklaim hampir seluruh wilayah perairan strategis tersebut dan juga memiliki sengketa teritorial terpisah dengan kedua negara Asia itu.
Mengutip dari Al Jazeera, Selasa, 5 Agustus 2025, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Romeo Brawner Jr menyampaikan pada Senin bahwa pelayaran bersama dilakukan di dalam zona ekonomi eksklusif negaranya.
“Kami tidak mengalami insiden yang tidak diinginkan, namun masih ada pihak yang membayangi kami, seperti yang sudah kami perkirakan,” kata Brawner kepada wartawan, tanpa menyebut nama Tiongkok secara langsung.
Dalam patroli gabungan sebelumnya dengan angkatan laut asing lainnya, kapal Angkatan Laut dan Penjaga Pantai Tiongkok diketahui kerap memantau dari kejauhan, menurut militer Filipina.
Angkatan Laut India mengerahkan kapal perusak berpeluru kendali INS Delhi, kapal tanker INS Shakti, dan korvet INS Kiltan. Sementara Filipina mengerahkan dua fregat, yakni BRP Miguel Malvar dan BRP Jose Rizal.
Latihan ini bertepatan dengan keberangkatan Presiden Ferdinand Marcos Jr untuk kunjungan selama lima hari ke India, di mana ia menyatakan akan memperdalam kerja sama maritim serta menjajaki kolaborasi di bidang pertahanan, farmasi, dan pertanian.
Sementara itu, Brawner menyatakan harapannya agar militer Filipina dapat melakukan lebih banyak latihan bersama dengan militer India di masa mendatang.
Latihan ini, menurutnya, “mengirim sinyal kuat tentang solidaritas, kekuatan dalam kemitraan, dan semangat kerja sama antara dua demokrasi dinamis di kawasan Indo-Pasifik.”
Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya menyatakan bahwa sengketa wilayah dan maritim seharusnya diselesaikan langsung oleh negara-negara yang terlibat, tanpa campur tangan pihak ketiga.
Baca juga: Tolak Putusan Arbitrase, Menlu Tiongkok Tegaskan Klaim Laut China Selatan