Ekspor Indonesia ke AS Diprediksi Turun USD9,23 Miliar Gara-gara Tarif Trump

Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com

Ekspor Indonesia ke AS Diprediksi Turun USD9,23 Miliar Gara-gara Tarif Trump

Eko Nordiansyah • 11 August 2025 10:44

Jakarta: Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksikan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan sebesar USD9,23 miliar akibat penerapan tarif resiprokal Trump. Industri pakaian jadi diprediksi paling terpukul dengan potensi penurunan ekspor hingga USD2,1 miliar.

"Produk seperti t-shirt dan jaket buatan Indonesia terancam kalah bersaing dari negara lain," ungkap laporan terbaru dari CORE Indonesia yang diterima, Senin, 11 Agustus 2025.

Sektor barang manufaktur lainnya juga disebut akan ikut terdampak, dengan potensi penurunan sebesar USD1,5 miliar. Produk-produk rumah tangga, aksesori, dan mainan yang selama ini diekspor ke AS dinilai bisa kehilangan daya saing karena harga jual naik.

Selanjutnya produk kulit, termasuk sepatu dan tas, diproyeksikan turun USD1,3 miliar, menyusul tarif tinggi yang menekan margin produsen. Sementara itu, produk karet dan plastik, seperti ban dan kemasan, juga menghadapi risiko penurunan sebesar USD0,7 miliar.

Industri peralatan elektronik dan komputer juga masing-masing terancam kehilangan USD1,2 miliar dan USD0,8 miliar. "Padahal, sektor ini merupakan bagian penting dari ekspor berbasis teknologi Indonesia," paparnya.
 

Baca juga: 

Peluang Kenikan Harga Emas Dunia Masih Terbuka



(Ilustrasi. Foto: Dok Kemenkeu)

Ekspor Indonesia ke pasar global turun

CORE menyebut secara keseluruhan, implementasi tarif resiprokal akan menurunkan ekspor Indonesia ke pasar global sebesar 2,65 persen. Penurunan ekspor Indonesia ini lebih dalam dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Sebagai perbandingan, ekspor Malaysia turun 1,18 persen, Filipina turun 1,69 persen, Thailand turun 0,49 persen, bahkan Vietnam masih mencatatkan pertumbuhan ekspor 0,20 persen. Penurunan ini turut berdampak pada surplus perdagangan Indonesia, yang berpotensi menyusut hingga USD4,41 miliar," jelas dia.

Untuk itu, CORE menilai pemerintah perlu menyiapkan program bantuan terfokus untuk ekspor manufaktur yang paling rentan. Langkah praktis meliputi perluasan akses kredit lunak melalui bank BUMN, mempercepat program diversifikasi pasar melalui trade mission yang lebih intensif, dan memperluas program hibah untuk adopsi teknologi.

"Selain itu, sistem pengawasan sederhana perlu dibentuk dengan memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada di BPS, Kemendag, dan Bea Cukai. Indikator utama yang dipantau meliputi volume ekspor ke AS per sektor, tingkat utilisasi kapasitas industri, dan volume impor dari negara yang melakukan trade diversion," tutup dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)