Selain Arafah, Ziarah ke Madinah Harus Dimaknai Sebagai Puncak Ibadah

Pembimbing Ibadah Daerah Kerja (Daker) Madinah Prof. Dr. H. Aswadi, M. Ag., Foto: Dok/Media Center Haji (MCH)

Selain Arafah, Ziarah ke Madinah Harus Dimaknai Sebagai Puncak Ibadah

Misbahol Munir • 20 May 2025 08:22

Madinah: Sebagian jemaah haji Indonesia gelombang I masih tertahan di Madinah. Mereka tertahan akibat urusan adminitrasi seperti paspor dan kartu nusuk yang diurus syarikah belum keluar. 

Para jemaah gelisah akibat masih tertahan di Madinah dan tak langsung diberangkatkan ke Makkah. Sementara itu, pendorongan jemaah menuju Makkah terus berlangsung pada Senin, 19 Mei 2025, dan terakhir dijadwalkan pada Minggu, 25 Mei 2025. Menyikapi kegelisahan jemaah, pembimbing ibadah Daerah Kerja (Daker) Madinah, Aswadi menyarankan jemaah memaknai kunjungannya ke Madinah sebagai puncak ibadah.

"Prioritas ibadah bagi jemaah haji yang berkunjung ke Madinah ini harus dimaknai sebagai puncak ibadah. Selain Arafah, karena di Madinah itu di sisi kita ada Baginda Rasul sebagai pemimpin alam semesta ini. Sayyidul anbiya wal mursalin, orang yang paling mulia di antara sekian ciptaan yang Allah jadikan di muka bumi ini," jelas Aswadi saat berbincang dengan Tim Media Center Haji (MCH), Minggu, 18 Mei 2025.

Menurut Aswadi, ketika berkunjung ke Madinah, umat Islam harus memberikan salam hormat kepada Baginda Rasul beserta para sahabat Amirul Mukminin; Sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab, yang juga diteruskan ke makam para syuhada di Baqi.

"Tentunya ini yang diajarkan Allah SWT kepada kita untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita agar mendapatkan ampunan dan terhindar dari segala bentuk kebencian," jelas Guru Besar UIN Sunan Ampel itu. 

Hal ini, kata dia, sejalan dengan firman Allah dalam Q.S. Al Hasyr ayat 10.  "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang," demikian digarisbawahi Aswadi.

Karena itu lanjut dia, ketika mengunjungi Madinah, pertama jemaah haji harus memberikan salam hormat, salam sejahtera untuk Rasulullah dan para sahabatnya, memperbanyak selawat, dan memohon kepada Allah supaya mendapatkan syafaat dari Baginda Rasulullah SAW. 

"Kedua, mengikuti tuntunannya. Satu di antaranya adalah salat berjemaah. Karena salat berjemaah ini menjadi representasi semua ibadah lainnya," ujar dia.
 

Baca Juga: 

Daker Madinah Berangkatkan 162 Jemaah yang Terpisah dari Rombongan ke Makkah


Kalau salatnya bagus, lanjut dia, kemungkinan besar amal ibadah lainnya juga bagus. Disiplin berjemaah juga bisa mengontrol, mengantarkan, dan menjadi tuntunan bagi seluruh umat Islam untuk menertibkan segala aktivitas kesehariannya.

"Jangan sampai (salat) ditinggalkan, sungguhpun itu jemaah yang masih dalam kondisi sakit. Kita juga memberikan tuntunan supaya yang sakit itu melaksanakan salat sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ia miliki," jelas dia.

Menurut Aswadi, salat berjemaah bukan hanya berjemaah salat wajib lima waktu, tapi juga salat jenazah berjemaah.

"Itu salat berjemaah tanpa rukuk tapi diikuti dengan empat kali takbir. Itu juga fadilahnya (keutamaannya) berjemaah, dapat pahala 27 derajat, bahkan bisa dikalikan seribu kali keutamaan ibadah di Madinah Al-Munawwarah. Ini hitungan yang luar biasa, bahkan kalau kita berada di Madinah, hitungan itu ditambah dengan kehadiran dan kebersamaan kita berdampingan dengan Baginda Rasul SAW yang menentukan tata aturannya," kata dia.

Menurut Aswadi, rata-rata setiap salat wajib ada jenazah yang disalatkan di Masjid Madinah, dalam musim haji.

"Yang ketiga, itu adalah zikir dan ibadah di Raudah, Karena Raudah ini merupakan taman surga," kata dia.

Aswadi merujuk hadis nabi yang maknanya,"di antara rumahku dan mimbar itu adalah taman surga."

Karena itu, menurut dia, orang memiliki nilai keutamaan untuk berzikir, beribadah, dan memohon di tempat yang paling diijabah, yaitu di Raudah. 

Semua umat Islam memiliki keyakinan bahwa di tempat itu, sebagaimana disampaikan Rasulullah sebagai taman surga. Karena taman surga, maka mengandung keutamaan dan keistimewaan dikabulkannya harapan maupun doa bagi orang-orang yang berada di Raudah.

"Harapan saya, orang-orang yang masuk Raudah itu meskipun hanya sekali tapi disertai penuh kekhusyukan dan berkualitas. Manfaatnya tidak hanya bisa mengubah mata batinnya, tetapi juga tutur kata bahkan perilaku dalam kehidupannya itu akan menjadi bercahaya dan mencerahkan orang lain untuk bisa memaknai hidup semakin bermanfaat untuk yang lain," terang Aswadi.

Kata dia, kalua sekiranya umat Islam ini benar-benar memanfaatkan ibadah di Raudah, kemudian memohon bukan hanya untuk dirinya, tapi titipan-titipan dari yang lain juga dimohonkan. 

"Insyaallah ketentraman ini senantiasa melimpah pada bangsa Indonesia dan pada akhirnya menjadi bangsa yang damai, sejahtera sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Quran sebagai 'baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur', itu tercipta," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)