PM Israel, Benjamin Netanyahu dalam wawancara daring di Sky News Australia, 21 Agustus 2025. (Sky News Australia)
Riza Aslam Khaeron • 22 August 2025 13:24
Jakarta: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan tetap mengambil alih penuh wilayah Gaza meskipun Hamas menyetujui kesepakatan gencatan senjata pada saat-saat terakhir.
Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara eksklusif bersama jurnalis Sky News Australia, Sharri Markson, dari kantor perdana menteri di Yerusalem, Rabu, 21 Agustus 2025 waktu setempat.
"Kami akan tetap melakukannya. Tidak pernah ada keraguan bahwa kami tidak akan membiarkan Hamas tetap di sana," tegas Netanyahu.
"Presiden Trump mengatakannya dengan sangat jelas: Hamas harus lenyap dari Gaza. Itu seperti membiarkan SS tetap tinggal di Berlin setelah Perang Dunia II," tambah Netanyahu.
Netanyahu menyampaikan bahwa walaupun media menyebut ini sebagai bentuk pendudukan, baginya operasi ini adalah bentuk pembebasan Gaza dari "tirani Hamas".
Ia menekankan bahwa misi Israel adalah "membebaskan warga Gaza dari terorisme" dan memberikan masa depan yang berbeda bagi kawasan tersebut.
"Perang ini bisa saja berakhir hari ini jika Hamas meletakkan senjata dan membebaskan sisa 50 sandera yang mereka tahan, setidaknya 20 di antaranya dipastikan masih hidup," ungkap Netanyahu.
Ia menambahkan bahwa tujuan Israel adalah untuk menghapuskan sisa-sisa kekuatan Hamas, mendemiliterisasi Gaza, dan menjamin keamanan jangka panjang bagi Israel dan Palestina.
Netanyahu menyatakan bahwa ia kini berada di ambang penyelesaian perang dan menyamakan pertempuran saat ini dengan "perang tujuh medan tempur" yang mencakup Iran dan proksinya.
Ia mengisyaratkan bahwa setelah kemenangan Israel, peluang untuk memperluas Perjanjian Abraham dengan negara-negara Arab akan semakin terbuka.
Sky News kemudian menanyakan tentang yang dianggap "gelombang antisemitisme" di Australia dan negara-negara Barat sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023,
Netanyahu mengkritik Perdana Menteri Australia Anthony Albanese karena dinilai menunjukkan kelemahan dan gagal membela peradaban Barat.
Ia menganggap pengakuan negara Palestina oleh Australia sebagai bentuk pengkhianatan terhadap Israel dan bentuk "penghargaan terhadap terorisme."
Netanyahu juga membantah tuduhan bahwa
Israel melakukan genosida atau kelaparan massal terhadap warga sipil Gaza. Ia menyebut bahwa lebih dari dua juta ton bantuan makanan telah dikirimkan ke Gaza sejak perang dimulai, namun disalahgunakan oleh Hamas. Ia juga menuding Hamas menembaki warga Palestina yang berusaha mengungsi dari zona pertempuran.
"Israel telah melakukan segala upaya yang belum pernah dilakukan oleh militer mana pun di dunia untuk menghindari korban sipil," tegasnya.
Dalam wawancara tersebut,
Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan mengulangi kesalahan sejarah Eropa pada 1938, merujuk pada perjanjian Munich yang menyerahkan tanah kepada Nazi demi menghindari perang.
"Kami tidak akan melakukan bunuh diri nasional dengan memberikan negara Palestina di depan pintu kami," pungkasnya.
Sementara itu, Al Jazeera melaporkan bahwa sedikitnya 25 warga Palestina, termasuk tiga anak-anak, tewas dalam serangan udara Israel di berbagai wilayah Gaza sejak Kamis pagi.
Serangan paling intens dilaporkan terjadi di sebelah barat Kota Gaza dan timur Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah.
Hamas menuduh Netanyahu mengabaikan upaya mediasi internasional untuk mencapai gencatan senjata dan terus melanjutkan rencana pendudukan militer Kota Gaza. Di sisi lain, para pemimpin dunia mengecam langkah Israel yang menyetujui proyek perluasan permukiman E1, yang secara efektif memutus jalur terakhir antara Ramallah dan Betlehem di Tepi Barat.
Data terakhir mencatat bahwa perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 62.192 orang dan melukai 157.114 lainnya. Sementara itu, 1.139 orang tewas di Israel dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dengan lebih dari 200 orang lainnya disandera.