Asap dari serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza. (EPA-EFE)
Willy Haryono • 31 July 2024 13:50
Jakarta: Kematian pemimpin kelompok pejuang Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, mengejutkan dunia. Haniyeh tewas dalam serangan yang diduga dilakukan Israel di Iran pada Rabu, 31 Juli 2024.
Peristiwa ini terjadi di saat perang antara Israel dan Hamas masih berlangsung di Jalur Gaza, dan ketika ketegangan Tel Aviv dengan Hizbullah asal Lebanon meningkat.
Pengamat Timur Tengah Smith Alhadar menilai serangan yang menewaskan Haniyeh ini merupakan bagian dari rencana Israel bersama sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS).
Israel dinilai ingin mengakhiri konflik di Gaza, namun tidak mau terlihat seperti pihak yang kalah perang.
"Lalu bagaimana caranya Israel keluar dari Gaza sebagai pihak pemenang perang? AS mengusulkan agar Israel membunuh salah satu dari tiga pentolan Hamas berikut: Yahya Sinwar (pemimpin Hanas di Gaza), Mohammad Deif (komandan Brigade Qassam), dan Ismail Haniyeh,” ujar Smith.
“Saya menduga Israel akan segera mendeklarasikan kemenangan dalam perangnya di Gaza,” sambung dia.
“Kemungkinan hari ini atau besok, Israel akan mengumumkan kemenangannya di Gaza, yang diikuti gencatan senjata permanen dengan Hamas,” tutur Smith.
Sementara itu, beberapa petinggi Hamas menegaskan bahwa kelompoknya siap melancarkan perang terbuka dengan Israel.
Di Ramallah, Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas menilai serangan yang menewaskan Haniyeh sebagai “tindakan pengecut.”
Baca juga: Pemimpin Hamas Dibunuh di Iran, Presiden Palestina: Tindakan Pengecut!