Ilustrasi. Foto: Istimewa.
Husen Miftahudin • 28 April 2024 12:18
Bengkulu Tengah: Dunia digital yang tak terbatas membuat berbagai konten berseliweran. Dari konten positif hingga negatif seperti hoaks, semua tumpah ruah di dunia maya. Fakta tak terhindarkan itu menuntut para pengguna digital harus cerdas dalam memilih informasi.
"Hal ini penting, agar ekosistem digital Indonesia semakin minim dengan hoaks. Warganet harus kritis dan paham arus informasi," tutur Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah Rachmat Riyanto dalam diskusi literasi digital yang digelar Kemenkominfo di Lapangan Sepakbola Desa Srikaton, Kecamatan Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah, dikutip dari keterangan tertulis, Minggu, 28 April 2024.
Rachmat mengatakan, hasil pantauan Kemenkominfo (2018-2022) menemukan sebanyak 9.546 hoaks telah tersebar di berbagai platform media sosial di internet. Media penyebarannya beragam, mulai dari aplikasi perpesanan WhatsApp (62,8 persen), situs web (34,9 persen), dan media sosial (92,4 persen).
"Pengguna internet harus mengenali hoaks karena dapat menciptakan kecemasan, kebencian, dan permusuhan. Sumber hoaks biasanya tidak jelas, tidak ada klarifikasi, isi pesan memihak, dan biasanya mencatut nama tokoh berpengaruh. Bahayanya, mereka karena memanfaatkan fanatisme seseorang atas nama ideologi, agama, dan suara rakyat," tegas dia.
Hoaks, menurut Rachmat, juga bisa dilihat dari judul yang terkesan provokatif dan tidak sesuai dengan isinya. "Artikel yang ditulis biasanya menyembunyikan fakta, bahkan seringkali sengaja 'memelintir' pernyataan narasumber," tutur dia.
Ia menambahkan, hoaks biasanya dimuat di media abal-abal, di mana alamat media dan penanggungjawabnya tidak jelas. "Pemberi pesan juga minta dibagikan ulang atau diviralkan," ucap Rachmat mengingatkan.
Baca juga: Tangkal Hoaks di Dunia Pendidikan: Selalu Saring Sebelum Sharing |