Head of Social Research Populix Vivi Zabkie. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 24 August 2024 16:39
Jakarta: Sebanyak 46 persen perusahaan kesulitan mencari calon karyawan. Penyebabnya, kesenjangan dalam beberapa kriteria yang dibutuhkan pemberi kerja dengan tenaga kerja yang tersedia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang per Februari 2024. Sementara itu, Riset Populix dan KitaLulus menunjukkan pencari kerja di Indonesia belum memiliki pengalaman, keterampilan dan tingkat pendidikan yang cukup bagi pemberi kerja.
Keterampilan tersebut mencakup keterampilan teknis dan non teknis. Sebanyak 50 persen perusahaan menyebut keterampilan teknis pelamar masih pemula/rendah, sedang sebanyak 35 persen perusahaan menyebut keterampilan lunak (soft skill) pelamar belum cukup baik. Sedangkan, tingkat pendidikan yang dibutuhkan oleh perusahaan juga timpang dengan tenaga yang tersedia.
Head of Social Research Populix Vivi Zabkie mengatakan dari hasil analisis Populix terhadap 1 juta data pelamar kerja dan permintaan tenaga kerja di job portal KitaLulus, makin tinggi tingkat pendidikan yang diminta, makin tinggi pula kesenjangan dengan ketersediaan tenaga kerjanya. Hal sama terjadi pada kebutuhan akan pengalaman kerja.
Pada sisi lain, pencari kerja melalui survei Populix mengeluhkan sulitnya mencari kerja. Saat diminta menilai tingkat kesulitan dalam mencari kerja, rata-rata memberi skor 5,02 (pada rentang 1-10) atau terhitung cukup sulit. Tantangan yang dihadapi pekerja adalah kebutuhan akan pengalaman yang tinggi (63 persen), tingkat pendidikan yang tinggi (58 persen), dan adanya batasan usia (53 persen) dianggap sebagai hambatan.
“Masih dari data job portal yang kami analisis, jika dilihat lebih dalam terkait dengan pendidikan, terjadi mismatch antara jumlah pencari kerja dengan jumlah lowongan yang tersedia,” kata Vivi, Jakarta, Sabtu, 24 Agustus 2024.
Ketersediaan jumlah lowongan untuk tingkat SMP (13 persen), S1 (16 persen), dan S2 (19 persen), masih sedikit dibandingkan dengan jumlah pencari kerjanya. Di samping itu, secara rasio jumlah pencari kerja, pencari kerja lulusan IPS dan IPA cukup banyak, namun rasio lowongan kerja yang tersedia sedikit.
Sementara itu, Co-Founder KitaLulus Stevien Jimmy mengatakan secara umum temuan survei Populix dan big data KitaLulus sejalan. Kualifikasi yang sering menjadi ketidakcocokan antara yang dimiliki dan diminta dalam lowongan kerja adalah jumlah pengalaman kerja, keterampilan teknis, dan tingkat pendidikan.
“Oleh karena itu, KitaLulus berusaha membantu para pencari kerja dengan menyediakan fitur AI yang membantu menilai dan merekomendasikan kandidat terbaik terhadap kebutuhan loker pemberi kerja,” ujar Jimmy.
Baca Juga:
Kemnaker Berupaya Perluas Kesempatan Kerja Masyarakat di Luar Negeri |