Kemenkes Sebut Tak Ada Korelasi Nyamuk Wolbachia dan Peningkatan Kasus DBD

Ilustrasi. Medcom.id.

Kemenkes Sebut Tak Ada Korelasi Nyamuk Wolbachia dan Peningkatan Kasus DBD

Media Indonesia • 2 April 2024 15:07

Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk ber-wolbachia dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah. Karakteristik nyamuk Aedes aegypti di daerah yang telah disebarkan maupun belum disebarkan nyamuk ber-wolbachia tetap sama. 

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menyebut tanda dan gejala orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti juga sama. Seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.

"Secara keseluruhan karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah wolbachia dilepaskan," kata Maxi, Selasa, 1 April 2024.

Hingga kini, penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah dilaksanakan di 5 kota, yakni Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat. Penetapan kelima wilayah tersebut mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat.
 

Baca juga: Kasus DBD di Klaten Meningkat, 14 Orang Meninggal

Semarang menjadi lokasi pertama yang melaksanakan penyebaran nyamuk wolbachia, diikuti Kota Bontang dan Kota Kupang. Sampai saat ini, pelaksanaan tersebut belum menyeluruh di semua wilayah. Di Kota Semarang, penyebaran nyamuk wolbachia dilakukan di 4 kecamatan, Kota Bontang di 3 kecamatan dan Kota Kupang di 1 kecamatan.

Sementara itu, untuk wilayah Bandung, penyebaran nyamuk wolbachia baru dilakukan di 1 kelurahan, yakni Pesanggrahan, Kecamatan Ujung Berung. Di Jakarta Barat juga penyebaran nyamuk ber-wolbachia hingga kini belum dilaksanakan.

"Hasil monitoring bersama antara Kemenkes dan dinas kesehatan di 5 kota tersebut menunjukkan setelah pelepasan ember nyamuk wolbachia, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen," ungkapnya.

Angka tersebut masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti dengan wolbachia yang idealnya mencapai 60 persen di alam. Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk wolbachia akan ditarik kembali.

"Hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," ungkapnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)