Ilustrasi ekonomi syariah. Foto: Lampost.
Fetry Wuryasti • 27 December 2023 10:26
Jakarta: Laporan The Global Islamic Economy Indicator dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2023 yang diluncurkan DinarStandard, menyebutkan Indonesia naik peringkat dari posisi keempat pada 2022 menjadi posisi ketiga di tahun ini. Laporan The Global Islamic Economy Indicator ini mencakup 81 negara.
"Indonesia, kabar baiknya, naik peringkat ke tiga pada tahun ini," kata Analis Senior Dinar Standart Iman Ali Liaqat dalam paparan laporan The State of the Global Islamic Economy 2023 Report oleh DinarStandard dan didukung oleh Kementerian Ekonomi dan Pariwisata Dubai, Rabu, 27 Desember 2023.
Adapun Malaysia mempertahankan posisi teratas selama 10 tahun berturut-turut, diikuti oleh Arab Saudi, Indonesia, dan Uni Emirat Arab (UEA). Sedangkan Afrika Selatan telah masuk dalam 15 negara teratas untuk pertama kalinya dan juga merupakan salah satu negara yang mencapai perolehan indeks terbesar, selain Iran, Qatar, dan Pakistan.
Investasi dalam perekonomian syariah, tercatat telah tumbuh dari USD11,4 miliar pada 2021 menjadi USD25,9 miliar pada 2022-2023. "Ini hampir tumbuh sebesar 128 persen. Dalam investasi, cakupan kami yaitu perihal merger dan akuisisi, ekuitas/ saham sektor swasta, modal ventura atau transaksi permodalan," kata Iman.
Di aktivitas perdagangan, impor produk terkait produk halal negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mengalami sedikit penurunan pada tahun ini. Penurunan sebesar 2,9 persen dari USD370 miliar menjadi USD359 miliar pada 2022.
"Alasan utama penurunan ini dari sektor farmasi karena normalisasi permintaan impor vaksin," kata Iman Ali.
Tiongkok, India, Brasil, dan Amerika Serikat (AS) merupakan eksportir utama produk halal ke seluruh negara anggota OKI. Produk halal yang mereka maksud adalah produk makanan, farmasi, kosmetik, dan fesyen yang diperdagangkan dari dan ke negara-negara OKI.
"Diperkirakan impor produk halal oleh negara-negara OKI akan kembali naik pada 2027 hingga mencapai USD492 miliar pada 2027 atau setara dengan 7,6 persen dalam periode lima tahun," kata Iman Ali.
Beberapa temuan penting dari sektor produk halal, yaitu makanan halal. Khusus untuk makanan dan minuman, tercatat sebesar USD265 miliar makanan dan minuman diimpor oleh negara-negara OKI.
DinarStandard juga menemukan terjadi pengeluaran atau belanja makanan halal sebesar USD1,4 triliun oleh sekitar dua miliar umat Islam di seluruh dunia di 2022. Angka ini diestimasikan akan mencapai USD1,89 triliun di 2027.
"Investasi di bidang pangan menjadi fokus pada 2023. Perusahaan/investor fokus pada pengiriman teknologi pangan dan setiap teknologi. Negara-negara BRICS memainkan peran penting dalam ekspor pangan ke negara-negara anggota OKI," kata Iman.
Investasi terkait makanan halal tercatat sebesar USD2,2 miliar, dengan transaksi terbanyak terjadi di Indonesia, disusul oleh UAE, Bangladesh, Nigeria, dan Turki.
Baca juga: Indonesia Jadi Negara Nomor 3 Terbaik Pengembangan Ekonomi Syariah