Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv dalam mendesak kesepakatan pembebasan sandera di Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 8 September 2024 13:23
Tel Aviv: Pejabat Israel dan Amerika Serikat (AS) mengatakan pada hari Sabtu bahwa Washington "tidak optimistis” tentang tercapainya kesepakatan pertukaran sandera dengan faksi-faksi Palestina di Jalur Gaza, tetapi akan segera mengajukan proposal baru.
Washington sedang menyusun proposal baru, yang akan diajukan kepada Israel dan para mediator, meski AS tidak optimistis tentang penyelesaian kesepakatan segera, lapor lembaga penyiaran milik pemerintah KAN, mengutip pejabat Israel dan AS yang tidak disebutkan namanya.
Mengutip dari Anadolu Agency, Minggu, 8 September 2024, para pejabat mengatakan AS telah melabeli rencana yang sedang disusun sebagai "proposal kesempatan terakhir."
Mereka mengindikasikan bahwa "proposal itu mungkin diajukan hari Minggu besok atau dalam beberapa hari ke depan."
Menurut apa yang dikatakan para pejabat kepada KAN, "proposal penyelesaian AS mencakup semua poin yang diperdebatkan, yang terpenting di antaranya seputar Phladelphi Corridor antara Jalur Gaza dan Mesir."
Dalam konteks yang sama, seorang sumber Palestina mengatakan kepada KAN, yang tidak menyebutkan nama sumbernya, bahwa negosiasi "saat ini difokuskan pada jumlah tahanan senior Palestina di penjara Israel yang akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan potensial, bukan jumlah total tahanan yang akan dibebaskan."
Sumber tersebut menyebutkan bahwa Hamas belum mengubah jumlah tahanan yang dituntut untuk dibebaskan dalam kesepakatan tersebut dan tetap berpegang pada ketentuan lama. Israel memperkirakan lebih dari 100 sandera masih ditahan oleh kelompok pejuang Palestina Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.
Namun upaya mediasi telah terhenti karena penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Serangan Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 40.900 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai hampir 94.700 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlanjut di daerah kantong tersebut telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Baca juga: Bentrokan di Tepi Barat Tewaskan Seorang Perempuan Turki-AS