Menko PM Hadiri Groundbreaking Ponpes Al Khoziny, Pembangunan Ditarget Rampung 2026

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar menghadiri acara groundbreaking Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny yang baru di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. (Tangkapan Layar Metro TV)

Menko PM Hadiri Groundbreaking Ponpes Al Khoziny, Pembangunan Ditarget Rampung 2026

Patrick Pinaria • 14 December 2025 00:24

Sidoarjo: Pembangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny yang baru di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, resmi dimulai. Tanda dimulainya pembangunan ditandai dengan kegiatan peletakan batu pertama atau groundbreaking yang berlangsung pada Kamis, 11 Desember 2025.

Acara groundbreaking tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar, didampingi pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdussalam Mujib serta Bupati Sidoarjo Subandi. Sejumlah perwakilan kementerian juga turut hadir, di antaranya dari Kementerian PUPR, Kementerian Agama, Kementerian ATR/BPN, dan Kementerian Dalam Negeri.

Ponpes Al Khoziny yang baru dibangun berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 3.700 meter persegi. Lokasinya berada di Jalan Siwalan Panji 2, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, atau berjarak ratusan meter dari lokasi pesantren lama. Pembangunan pesantren ini diproyeksikan membutuhkan waktu sekitar 210 hari dan ditargetkan rampung pada pertengahan tahun 2026.

Menko PM Muhaimin Iskandar mengatakan, pembangunan Ponpes Al Khoziny menjadi bukti kehadiran pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sekaligus bentuk kepedulian negara terhadap dunia pesantren.

"Alhamdulillah, hari ini saya bersama seluruh lintas kementerian yang tergabung dalam satuan tugas rekonstruksi pesantren, mulai dari Kementerian PUP, Kementerian Agama, ATR/BPN, hingga pemerintah daerah bersama Bupati memulai groundbreaking Pesantren Al Khoziny ini," ujar Muhaimin.

Ia menegaskan, momentum ini harus dimaknai sebagai penguatan kolaborasi antara pemerintah dan lembaga pendidikan, khususnya pesantren, dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan layak bagi para santri.

"Ini menjadi momentum untuk bersama-sama mengingatkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan lembaga pendidikan, khususnya pesantren," katanya.
 


Muhaimin juga mengajak seluruh pesantren untuk melakukan audit dan evaluasi terhadap sarana dan prasarana pendidikan guna mencegah terjadinya kecelakaan serupa di masa depan.

"Mari kita bersama-sama melakukan audit dan evaluasi terhadap prasarana dan sarana siswa, santri, dan seluruh anak didik. Momentum ini kita jadikan sebagai kesempatan untuk perbaikan yang terencana," ucapnya.

Ia menambahkan, komitmen tersebut telah disepakati bersama para pengasuh pesantren yang hadir dalam kegiatan tersebut.

"Saya mengundang seluruh pesantren di Jawa Timur yang hari ini hadir, dan semuanya berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan agar tidak ada lagi kecelakaan, rasa tidak aman, serta memastikan perlindungan yang kuat bagi para siswa dan santri di seluruh Indonesia," tegas Muhaimin.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdussalam Mujib menjelaskan bahwa pesantren yang diasuhnya telah melalui perjalanan panjang sejak berdiri pada era 1960-an.

"Sejak tahun 1960-an, Pesantren Al Khoziny telah mengalami berbagai perubahan. Awalnya sekitar tahun 65, lembaga ini telah memiliki jenjang pendidikan SMP dan SMA, yakni SMPI dan SMAI sampai tahun 1978," ungkap KH Abdussalam.

Ia menuturkan, pada tahun 1978 Ponpes Al Khoziny mengikuti kebijakan pemerintah saat itu terkait pengelolaan lembaga pendidikan.

"Pada tahun 1978, pemerintah pada masa itu membagi pengelolaan lembaga pendidikan ke dalam dua jalur, yakni di bawah Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pihak pesantren kemudian memilih mengikuti aturan di bawah Kementerian Agama," jelasnya.

Pembangunan Ponpes Al Khoziny yang baru ini juga menjadi bagian dari upaya rekonstruksi pasca-musibah robohnya musala di lingkungan pesantren pada 29 September 2025. Peristiwa tersebut menyebabkan 63 orang meninggal dunia dan menjadi duka mendalam bagi dunia pesantren dan masyarakat luas.

Melalui pembangunan kembali Ponpes Al Khoziny, pemerintah berharap tragedi serupa tidak terulang, sekaligus menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang aman, layak, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Rosa Anggreati)