Ilustrasi. Foto: AFP.
Fetry Wuryasti • 27 June 2023 10:53
Jakarta: Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen melihat risiko perekonomian domestik untuk masuk ke dalam resesi semakin berkurang. Meski perlambatan belanja konsumen mungkin merupakan harga yang harus dibayar untuk menahan inflasi.
Meskipun demikian, Yellen mengatakan tetap ada risiko terkait dengan potensi resesi, karena Bank Sentral AS The Fed masih akan terus menaikkan tingkat suku bunga Fed Fund Rate, bahkan hingga dua kali lagi di tahun ini.
"Pernyataan Yellen ini kontras dengan situasi dan kondisi yang ada. Sebab, data ekonomi seperti PMI Manufacturing, PMI Services, dan PMI Composite di negara seperti AS, Eropa, Tiongkok, hingga Jepang, sedang mengalami penurunan," kata Associate Director of Research and Investment Maximilianus Nico Demus, Selasa, 27 Juni 2023.
Hal ini membuktikan perlambatan ekonomi semakin nyata. Pemulihan ekonomi Tiongkok yang tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya telah memberikan tekanan kepada Indonesia sebagai mitra dagang terbesar.
Potensi kenaikan tingkat suku bunga telah membuat banyak pelaku pasar dan investor memilih obligasi untuk sementara, sebagai tempat yang lebih aman untuk menaruh investasinya. Alhasil, saham masih tertekan karena banyak pelaku pasar dan investor mengurangi investasi di aset berisiko.
Hal ini membuat harga obligasi terus menguat dan imbal hasilnya turun. Harus diakui, di tengah situasi dan kondisi saat ini, perekonomian AS terlihat lebih tangguh.
Laporan ketenagakerjaan pada Mei 2023 juga mengalahkan proyeksi yang ada. Begitu juga dengan penjualan ritel yang masih bertahan dalam menghadapi tekanan kenaikan tingkat suku bunga.
Tahan konsumsi demi kendalikan inflasi
Yellen mengatakan, perlu untuk melihat beberapa perlambatan dalam pengeluaran konsumsi untuk mengendalikan inflasi, karena inflasi inti juga dapat dikatakan relatif tinggi, meski inflasi secara keseluruhan melandai.
Inflasi inti AS masih berada di 5,3 persen pada data ekonomi Mei 2023, meski inflasi secara keseluruhan berada di 4,0 persen, turun dari 9,1 persen, level tertingginya sejak Juni 2022.
Inflasi sejauh ini turun banyak dan masih akan turun, meski dengan kecepatan yang lambat. Yellen mengatakan bukan saat yang tepat untuk berdebat menaikkan proyeksi inflasi dari 2,0 persen selama masa pertumbuhan dan investasi masih lemah, di tengah para pembuat kebijakan sedang berjuang untuk melawan lonjakan harga.
Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell sempat menolak untuk mengubah target inflasi dari yang The Fed inginkan. Bagi The Fed, 2,0 persen merupakan level terbaik, setidaknya untuk saat ini.
Yellen sedikit mengomentari tentang Tiongkok yang saat ini sedang berusaha untuk mencapai posisi yang lebih stabil di tengah situasi dan kondisi perlambatan ekonomi Tiongkok.
Yellen mengatakan saat ini Tiongkok memiliki tantangan dalam bidang ekonomi, dan masalah jangka pendek hingga menengah. Terlebih, tatkala ketenagakerjaan masih rendah dan konsumsi belum pulih sepenuhnya.
Oleh karena itu, Yellen berencana untuk mengunjungi Tiongkok pada awal Juli untuk kunjungan tingkat tinggi pertamanya.