Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Fetry Wuryasti • 6 February 2024 13:40
Jakarta: Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia naik 5,04 persen (yoy) pada kuartal IV-2023, sejalan dengan estimasi konsensus lima persen dalam survei Bloomberg dan lebih tinggi dari pertumbuhan 4,94 persen yang tercatat pada kuartal III-2023.
Ini membawa pertumbuhan PDB selama setahun penuh pada 2023 menjadi 5,05 persen, sejalan dengan estimasi konsensus 5,03 persen. Tetapi, jauh di bawah target pemerintah sebesar 5,3 persen untuk 2023.
Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy menuturkan PDB sesuai dengan ekspektasi pihaknya. Secara komponen, semua item dalam PDB memenuhi ekspektasi analis sebesar 100 persen dari proyeksi full-year mereka, kecuali ekspor-impor yang melebihi estimasi mereka sebesar dua persen dari proyeksi full-year.
Pertumbuhan PDB didorong oleh ekspor dan investasi. Sedangkan konsumsi tetap lesu karena kampanye beralih ke media sosial.
"Konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah dari PDB hanya naik 4,47 persen pada kuartal IV-2023, laju terendah dalam hampir dua tahun dengan masyarakat kelas menengah atas mengalihkan pengeluaran dari dari sektor konsumtif ke produktif," kata Ishfan, Selasa, 6 Februari 2024.
Investasi, yang merupakan kontributor terbesar kedua terhadap pertumbuhan PDB, naik 5,02 persen pada kuartal IV-2023, sedikit lebih rendah dari pertumbuhan 5,8 persen pada kuartal III-2023.
Ekspor tercatat ekspansi sebesar 1,6 persen pada kuartal IV-2023, setelah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi. Belanja pemerintah naik 2,8 persen, membalikkan kontraksi pada kuartal III-2023.
"Melihat ke depan, kami memperkirakan konsumsi rumah tangga akan terus melambat, bersama dengan ekspektasi pendapatan ekspor yang lebih rendah tahun 2024. Sehingga kami merevisi perkiraan pertumbuhan PDB kami menjadi 4,9 persen untuk setahun penuh 2024 dari sebelumnya 5,0 persen," kata Ishfan.
Menurut Ishfan pendorong utama laju pertumbuhan ekonomi 2024 akan datang dari investasi yang diperkirakan akan tumbuh mendekati enam persen, juga ada sedikit harapan membaiknya konsumsi rumah tangga mendekati lima persen.
Ini akan menjadi faktor penyeimbang di tengah perkiraan melemahnya faktor eksternal yang ditandai menipisnya surplus neraca perdagangan. Laju pertumbuhan PDB 2024 akan lebih rendah dari pencapaian sepanjang 2023, dimana ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen.
Pertumbuhan PDB di 2023 sudah melambat jauh dari 5,3 persen pada 2022 karena pertumbuhan ekspor yang lebih lemah, hanya naik 1,3 persen tahun lalu, turun tajam dari 16,2 persen pada 2022.
Sementara, konsumsi rumah tangga naik 4,47 persen di 2023 dibandingkan dengan 4,94 persen pada 2022. Harga komoditas turun di 2023 setelah melonjak pada 2022, menyebabkan komoditas ekspor utama, seperti batubara, kelapa sawit, dan nikel, memiliki nilai yang lebih rendah.
"Untuk full year 2024, kami memperkirakan kontribusi saldo eksternal negatif terhadap PDB, karena prospek neraca perdagangan tampak lebih suram tahun ini," kata Ishfan.
Ekonomi global yang lemah juga dapat membuat pengiriman ekspor tetap lesu. Selain itu resiko terhadap ekonomi tetap ada karena inflasi pangan meningkat pada Januari.
Nilai tukar rupiah yang berfluktuasi juga mungkin membuat Bank Indonesia berhati-hati untuk melakukan pemotongan suku bunga di semester I-2024, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga lebih tinggi pada semester II-2024.
"Secara overall kami perkirakan pertumbuhan PDB sebesar 4,9 persen di tahun penuh 2024, ditopang pertumbuhan 'Domestic Demand' sebesar lima persen, namun akan tergerus kontribusi negatif dari faktor 'external balance' yang membuat pertumbuhan PDB secara overall sedikit lebih rendah," kata Ishfan.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Melambat